Cari Blog Ini

Senin, 15 Maret 2021

PERISTIWA SETELAH KEMERDEKAAN INDONESIA PART I


Setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 di Jakarta oleh Ir.Soekarno dan Drs.Muhammad Hatta, seluruh tanah air pun menggegap gempita menyambut kemerdekaan Indonesia. Berhubung dengan masih buruk dan minimnya sarana dan prasarana komunikasi antara daerah di Indonesia mengakibatkan berita proklamasi kemerdekaan menyebar sampai beberapa bulan kemudian. Namun perjuangan para tokoh-tokoh kemerdekaan di pusat maupun di daerah tidak berhenti sampai pada proklamasi kemerdekaan saja. Sebab, perlu diketahui bahwa ancaman kedatangan Belanda untuk menjajah kembali di Indonesia masih terbuka. Untuk kedua kalinya Belanda datang ke Indonesia dengan membonceng tentara Sekutu. Hal ini menandakan bahwa Belanda ingin segera menegakkan kembali kolonialnya di Indonesia.Belanda dengan NICA-nya disisipkan di antara markas/tentara Sekutu yang digunakan sebagai alat untuk menegakkan kembali Hindia Belanda di daerah- daerah yang akan dimasuki Sekutu. 

  • Kedatangan Afnei
Tanggal 29 September 1945, Indonesia didatangi AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies)AFNEI dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison. Lembaga ini merupakan pasukan sekutu yang bertugas di Indonesia. 
Tugas AFNEI:
  1. menerima kekuasaan dari Jepang
  2. melucuti dan memulangkan orang Jepang
  3. membebaskan tawanan sekutu
  4. menjaga keamanan dan menyelidiki pihak yang diduga penjahat perang setelah Perang Dunia II selesai
kedatangan Belanda melalui NICA yang membonceng AFNEI adalah untuk menegakkan kembali kekuasaannya di Indonesia. NICA dipimpin oleh Van der Plass dan Van Mook berusaha mempersenjatai kembali KNIL (Koninklijk Nerderlands Indisch Leger), yaitu Tentara Kerajaan Belanda yang ditempatkan di Indonesia. Bangsa kita pun berjuang dengan cara diplomasi serta kekuatan senjata untuk melawan Belanda yang akan menjajah kembali. Konflik antara Indonesia dengan Belanda ini akhirnya melibatkan peran dunia internasional untuk menyelesaikannya. 



Urutan diplomasi dari konflik antara Indonesia dengan Belanda


  1. Perundingan Linggarjati
Perjanjian ini dilaksanakan di Desa Linggarjati, perbatasan antara Cirebon dan Kuningan, pada tanggal 11 November 1946. Indonesia diwakili Sutan Syahrir, A.K. Gani, Susanto Tirtoprojo, dan Mohammad Roem. Pihak Belanda diwakuli Schermerhorn, dan penengah dari pihak Inggris diwakili Lord Killearn. Hasil dari perjanjian ini antara lain:
  1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan Madura.
  2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
  3. Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
  4. Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala uni.
Mengenai RIS sendiri, Soekarno menerima kompromi tersebut untuk menghindari perlawanan terhadap Belanda yang sulit dan pemahamannya mengenai sistem republik, maka ia dapat memimpin RIS yang mayoritasnya penduduk Indonesia. Sementara Komisi Jenderal juga menerima kompromi tersebut karena kemungkinan perang dapat dihindari dan hubungan Belanda dengan Indonesia dapat berlanjut.

        2. Agresi Militer Belanda I

Agresi militer Belanda I, yang oleh Belanda dinamai Operasi Produk, merupakan operasi militer yang dilakukan oleh Belanda di daerah pulau Jawa dan Sumatra dari tanggal 21 Juli sampai 5 Agustus 1947. Belanda menyebut agresi militer belanda ini sebagai aksi polisinil dan sebagai urusan dalam negeri untuk mengembalikan ketertiban umum sehingga Belanda mengabaikan seruan masyarakat dunia untuk mentaati isi perjanjian Linggardjati dan menghentikan pertikaian dengan Indonesia. 
Serangan Belanda dilakukan secara cepat dan mendadak, dengan kekuatan militer yang modern. Perlawanan yang dilakukan oleh pihak Indonesia sangat tidak memadai. Akibatnya Belanda dengan mudah menduduki wilayah pulau Jawa dan Sumatra.
Pada tanggal 31 Juli 1947 pemerintah Republik Indonesia menulis surat kepada Dewan Keamanan PBB yang isinya meminta supaya dewan keamanan bertindak untuk mengatasi sengketa Indonesia-Belanda. Akhirnya dewan keamanan PBB mencela agresi militer Belanda dan berpendapat bahwa harus segera diperintahkan penghentian pertempuran dengan kedua belah pihak. 

        3. KTN (Komisi Tiga Negara)

Resolusi DK-PBB untuk mengadakan gencatan senjata diterima oleh Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Belanda pada tanggal 17 Agustus 1947. Pada tanggal 25 Agustus 1947 kemudian, DK-PBB membentuk sebuah komite kerja yang bertugas melakukan mediasi gencatan senjata antara Indonesia dan Belanda. Pada tanggal 27 Oktober 1947 Komisi Tiga Negara (KTN) tiba di Jakarta. Dalam hari pertama, mereka berusaha mengenalkan dan memahami keadaan dan persoalan yang harus mereka hadapi. Pemerintah Belanda membentuk delegasi untuk menghadapi KTN dan RI dalam perundingan yang akan datang dan pihak Indonesia sudah lebih awal menyusun delegasinya. Tetapi sebelum dilakukan perundingan tentang soal-soal politik, harus diperoleh pengertian yang sama tentang arti gencatan senjata menurut resolusi dewan keamanan. Oleh sebab itu, sebelum diadakan perundingan KTN harus berusaha mempertemukan kedua belah pihak, supaya kesamaan pengertiannya lebih terjamin. 

Nama resmi lembaga kerja ini adalah "Committee of Good Office" for Indonesia. Meski demikian, lembaga ini lebih terkenal dengan dengan sebutan Komisi Tiga Negara karena keanggotaan lembaga ini yang memang hanya berisikan tiga negara, yakni Australia, Belgia, serta Amerika Serikat. 
Negara-negara tersebut dipilih dan diwakili oleh: 
• Australia: dipilih oleh Indonesia; diwakili oleh Richard C. Kirby. 
• Belgia: dipilih oleh Belanda; diwakili oleh Paul van Zeeland. 
• Amerika Serikat: pihak netral yang ditunjuk Indonesia & Belanda; diwakili oleh Dr. Frank Graham.

        4. Perundingan Renville

Komisi mengusulkan mengadakan perundingan di sebuah kapal laut yang berlabuh di luar wilayah tiga mil, dan hal ini disetujui, kedua belah pihak mengajukan kepada pemerintah Amerika Serikat supaya menyediakan kapal laut. Kemudian Amerika Serikat menyediakan sebuah kapal pengangkut pasukan pada tanggal 2 Desember 1947 kapal Renville di teluk Jakarta dan di kapal ini akan di langsungkan pembicaraan-pembicaraan antara negeri Belanda dan Republik Indonesia dibawah pengawasan jasa-jasa baik.
Perundingan antara kedua belah delegasi di atas kapal Renville di mulai pada tanggal 8 Desember 1947 dan berakhir 17 Januari 1948 yang ditandai dengan penandatanganan persetujuan Renville. Persetujuan Renville tersebut pada pokoknya berisi: 
  • Belanda tetap berdaulat atas seluruh Indonesia sampai kedaulatan diserahkan kepada RIS (Republik Indonesia Serikat) yang segera dibentuk. 
  • Sebelum RIS dibentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagian dari kekuasaannya kepada suatu pemerintahan Federal semenetara. 
  • RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat akan menjadi peserta sejajar dengan kerajaan Belanda dalam Uni-Nederland Indonesia, dengan Belanda ssebagai kepalanya. 
  • RI akan merupakan negara bagian dari RIS. 
  • Dalam waktu sedikitnya 6 bulan dan selambat-lambatnya satu tahun supaya diadakan pemilihan umum untuk membentuk dewan Konstitusi RIS.
        5. Agresi Militer Belanda II

Belanda karena telah memutuskan perundingan dengan RI karena  Belanda melancarkan Agresi Militer II di Yogyakarta.  Pada tanggal 17 Desember 1948 Dr. Beel menyuruh Elink Schuurman mengawatkan nota kepada Cochran yang harus dijawab Hatta paling lambat hari Sabtu tanggal 18 Desember 1948. Batas waktu menjawab yang singkat membuat seolah-olah nota tersebut seperti ultimatum. Setelah tidak menerima jawaban dari pihak RI maka Pemerintah Belanda mengambil keputusan untuk memul ai aksi militer tersebut. Beel segera mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk konsolidasi aksi tersebut. Untuk mencegah agar aksi tersebut tidak bocor maka persetujuan gencatan senjata 43 dibatalkan pada tanggal 18 Desember 1948. 
Pada Akhirnya PAsukan Belanda Berhasil mengambil alih Yogyakrta walau dengan perjuangan yang cukup berat karena TNI Indonesia juga melakukan perlawanan secara sengit. Sukarno dan Hatta akhirnya ditangkap oleh pihak Belanda.









TEORI MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA DAN SALURAN ISLAMISASI DI NUSANTARA

A. Teori Masuknya Islam ke Nusantara


Pembahasan tentang teori kedatangan islam di Nusantara, memiliki beberapa pendapat di kalangan beberapa ahli. Pendapat tersebut berkisar pada tiga masalah pokok, yakni asal-muasal islam berkembang di wilayah Nusantara, pembawa dan pendakwah islam dan kapan sebenarnya islam mulai muncul di Nusantara. Ada sejumlah teori yang membicarakan mengenai asala-muasal Islam yang berkembang di Nusantara yaitu teori gujarat, teori persia, dan teori arab.

1. Teori Gujarat

Teori ini dikemukaka oleh sejumlah sarjana Belanda, antara lain Pijnappel, Snouck Hurgronje dan Moquette. Teori ini mengatakan bahwa Islam yang berkembang di Nusantara buka berasal dari Persia atau Arabia, melainkan dari orang-orang Arab yang bermigrasi dan menetap di wilayah India dan kemudian membawanya ke Nusantara. Teori Gujarat ini mendasarkan pendapatnya melalui teori mazhab dan teori nisan. Menurut teri ini, ditemukan adanya persamaan Mazhab yang dianut oleh umat Islam Nusantara dengan umat Islam di Gujarat. Mazhab yang dianut oleh kedua komunitas Muslim ini adalah mazhab Syafi’i. Pada saat yang bersamaan teori mazhab ini dikuatkan oleh teori nisan, yakni ditemukannya model dan bentuk nisan pada makam-makam baik di Pasai, Semenanjung Malaya dan di Gresik, yang bentuk dan modelnya sama dengan yang ada di Gujarat. Karena bukti-bukti itu, mereka memastikan Islam yang berkembang di Nusantara pastilah berasal dari sana.

2. Teori Persia

Teori ini mendasarkan pada teori mazhab. Ditemukan adanya peninggalan mazhab keagamaan di Sumatra dan Jawa yang bercoral Syi’ah. Juga disebutkan adanya ulama fiqih yang dekat dengan Sultan yang memiliki keturunan Persia. Seorang berasal dari Shiraz dan seorang lagi berasal dari Lifaham. Umar Amir Husen dan Hoesein Djadjadiningrat berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui para pedagang yang berasal dari Persia, bukan dari Gujarat. Persia adalah sebuah kerajaan yang saat ini kemungkinan besar berada di Iran.

Teori ini tercetus karena pada awal masuknya Islam ke Nusantara di abad ke 13, ajaran yang marak saat itu adalah ajaran Syiah yang berasal dari Persia. Selain itu, adanya beberapa kesamaan tradisi Indonesia dengan Persia dianggap sebagai salah satu penguat. Contohnya adalah peringatan 10 Muharam Islam-Persia yang serupa dengan upacara peringatan bernama Tabuik/Tabut di beberapa wilayah Sumatera (Khususnya Sumatera Barat dan Jambi).

3. Teori China

Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby, mereka berpendapat bahwa sebenarnya kebudayaan Islam masuk ke Nusantara melalui perantara masyarakat muslim ChinaTeori ini berpendapat, bahwa migrasi masyarakat muslim China dari Kanton ke Nusantara, khususnya Palembang pada abad ke 9 menjadi awal mula masuknya budaya Islam ke Nusantara. Hal ini dikuatkan dengan adanya bukti bahwa Raden Patah (Raja Demak) adalah keturunan China, penulisan gelar raja-raja Demak dengan istilah China, dan catatan yang menyebutkan bahwa pedagang China lah yang pertama menduduki pelabuhan-pelabuhan di Nusantara.

4. Teori Mekkah

Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung oleh para musafir dari Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia pada abad ke 7. Hal ini diperkuat dengan adanya sebuah perkampungan Arab di Barus, Sumatera Utara yang dikenal dengan nama Bandar KhalifahSelain itu, di Samudera Pasai mahzab yang terkenal adalah mahzab Syafi’i. Mahzab ini juga terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu. Kemudian yang terakhir adalah digunakannya gelar Al-Malik pada raja-raja Samudera Pasai seperti budaya Islam di Mesir. Teori inilah yang paling benyak mendapat dukungan para tokoh seperti, Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka.


B. Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia


Kedatangan Islam ke Indonesia dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat  umumnya, dilakukan secara damai. Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam, yaitu saluran perdagangan, saluran perkawinan, saluran tasawuf, saluran pendidikan, saluran kesenian, dan saluran politik.

1. Saluran Perdagangan

Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf permulaannya ialah melalui perdagangan.Hal ini sesuia dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad-7 sampai abad ke-16, perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat, Tenggara dan Timur benua Asia dan dimana pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia, India) turut serta menggambil bagiannya di Indonesia.Penggunaan saluran islamisasi melalui perdagangan itu sangat menguntungkan. Hal ini menimbulkan jalinan di antara masyarakat Indonesia dan pedagang.Dijelaskan di sini bahwa proses islamisasi melalui saluran perdagangan itu dipercepat oleh situasi dan kondisi politik beberapa kerajaan di mana adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami kekacauan dan perpecahan. Secara umum Islamisasi yang dilakukan oleh para pedagang melalui perdagangan itu mungkin dapat digambarkan sebagai berikut: mulal-mula mereka berdatangan di tempat-tempat pusat perdagangan dan kemudian diantaranya ada yang bertempat tinggal, baik untuk sementara maupun untuk menetap. Lambat laun tempat tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan-perkampungan.Perkampungan golongan pedangan Muslim dari negeri-negeri asing itu disebut Pekojan.

2.Saluran Perkawinan

Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang paling memudahkan.Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat mencari kedamaian diantara dua individu. Kedua individu  yauitu suami isteri membentuk keluarga yang justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal ini berarti membentuk masyarakat muslim. Saluran Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang atau saudagar dengan wanitia pribumi juga merupakan bagian yang erat berjalinan dengan Islamisasi.Jalinan baik ini kadang diteruskan dengan perkawinan antara putri kaum pribumi dengan para pedagang Islam. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putriputri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka diislamkan terlebih dahulu.Setelah setelah mereka mempunyai kerturunan, mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim.

3. Saluran Tasawuf

Tasawuf merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti yang jelas  pada tulisantulisan antara abad ke-13 dan ke-18. hal itu bertalian langsung dengan penyebaran Islam di Indonesia. Dalam hal ini para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya.

Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama yang ada  yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syeh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di abad ke-19  bahkan di abad ke-20 ini.

4. Saluran Pendidikan

Para ulama, guru-guru  agama, raja berperan besar dalam proses Islamisasi, mereka menyebarkan agama Islam melalui pendidikan  yaitu dengan mendirikan pondok-pondok pesantren merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi para santri. Pada umumnya di pondok pesantren ini diajarkan oleh guru-guru  agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama. Mereka setelah belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab-kitab, setelah keluar dari suatu pesantren itu maka akan kembali ke masing-masing kampung atau desanya untuk menjadi tokoh keagamaan, menjadi kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi. Semakin terkenal kyai yang mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai radius yang lebih jauh lagi.

5. Saluran Kesenian

Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari, musik dan seni sastra.Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya. Contoh lain dalam seni adalah dengan pertunjukan wayang, yang digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita  wayang itu disisipkan ajaran agama Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut.Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam.

6. Saluran Politik

Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi  Selatan dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.


Senin, 08 Februari 2021

Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang Di Bidang Ekonomi dan Sosial

  • Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang Di Bidang Ekonomi antara lain:


1) Perluasan areal persawahan. Setelah menduduki Indonesia, Jepang melihat bahwa produksi beras tidak akan mampu memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, perlu dilakukan perluasan areal persawahan guna meningkatkan produksi beras. Meskipun demikian produksi pangan antara tahun 1941-1944 terus menurun. 

2) Pengawasan pertanian dan perkebunan. Pelaksanaan pertanian diawasi secara ketat dengan tujuan untuk mengendalikan harga barang, terutama beras. Hasil pertanian diatur sebagai berikut: 40% untuk petani, 30% harus dijual kepada pemerintah Jepang dengan harga yang sangat murah, dan 30% harus diserahkan ke ‘lumbung desa’. Ketentuan itu sangat merugikan petani dan yang berani melakukan pelanggaran akan dihukum berat. Badan yang menangani masalah pelanggaran disebut Kempetai (Korps Polisi Militer), suatu badan yang sangat ditakuti rakyat. Pengawasan terhadap produksi perkebunan dilakukan secara ketat. Jepang hanya mengizinkan dua jenis tanaman perkebunan yaitu karet dan kina. Kedua jenis tanaman itu berhubungan langsung dengan kepentingan perang. Sedangkan tembakau, teh, kopi harus dihentikan penanamannya karena hanya berhubungan dengan kenikmatan. Padahal, ketiga jenis tanaman itu sangat laku di pasaran dunia. Dengan demikian, kebijakan pemerintah Jepang di bidang ekonomi sangat merugikan rakyat. Pengerahan sumber daya ekonomi untuk kepentingan perang. Untuk menguasai hasil-hasil pertanian dan kekayaan penduduk, Jepang selalu berdalih bahwa untuk kepentingan perang. Setiap penduduk harus menyerahkan kekayaannya kepada pemerintah Jepang. Rakyat harus menyerahkan barang-barang berharga (emas dan berlian), hewan, bahan makanan kepada pemerintah Jepang. Untuk memperlancar usaha usahanya, Jepang membentuk Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa) dan Nogyo Kumiai (Koperasi Pertanian). 

3) Menerapkan sistem Ekonomi Autarki 
adalah sistem ekonomi swasembada dan perdagangan terbatas. Kondisi ini dapat terjadi jika suatu entitas dapat melakukan swasembada terhadap kebutuhannya. Artinya setiap daerah wajib memenuhi kebutuhannya sendiri secara mandiri tanpa adanya mobilisasi kebutuhan pokok antar wilayah yang telah ditentukan oleh Jepang.


  • Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang Di Bidang Sosial antara lain:

Salah satu kebijakan yang cukup penting dalam bidang sosial adalah pembagian kelas masyarakat seperti pada zaman Belanda. Masyarakat hanya dibedakan menjadi ‘saudara tua’ (Jepang) dan ‘saudara muda’ (Indonesia). Sedangkan penduduk Timur asing, terutama Cina adalah golongan masyarakat yang sangat dicurigai karena di negeri leluhurnya bangsa Cina telah mempersulit bangsa Jepang dalam mewujudkan cita-citanya. Hal ini sesuai dengan propaganda Jepang bahwa ‘Asia untuk bangsa Asia’. Namun dalam kenyataannya, Indonesia bukan untuk bangsa Asia, melainkan untuk bangsa Jepang. Untuk mencapai tujuannya, Jepang mengeluarkan beberapa kebijakan di bidang sosial, seperti:

1) Pembentukkan Rukun Tetangga (RT) atau Tonarigumi. Untuk mempermudah pengawasan dan pengerahan penduduk, pemerintah Jepang membentuk Tonarigumi (RT). Pada waktu itu, Jepang membutuhkan tenaga yang sangat besar jumlahnya untuk membuat benteng-benteng pertahanan, lapangan pesawat terbang darurat, jalan, dan jembatan. Pengerahan masyarakat sangat terasa dengan adanya Kinrohoishi (kerja bakti yang menyerupai dengan kerja paksa). Oleh karena itu, pembentukkan RT dipandang sangat efektif untuk mengerahkan dan mengawasi aktivitas masyarakat. 

2) Romusha adalah pengerahan tenaga kerja secara paksa dan tanpa upah untuk membantu tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh Jepang. Pada awalnya, romusha dilaksanakan dengan sukarela, tetapi lama kelamaan dilaksanakan secara paksa. Bahkan, setiap desa diwajibkan untuk menyediakan tenaga dalam jumlah tertentu. Hal itu dapat dimaklumi karena daerah peperangan Jepang semakin luas. Tenaga romusha dikirim ke beberapa daerah di Indonesia, bahkan ada yang dikirim ke Malaysia, Myanmar, Serawak, Thailand, dan Vietnam. Para tenaga romusha diperlakukan secara kasar oleh Balatentara Jepang. Mereka dipaksa untuk bekerja berat tanpa mendapatkan makanan, minuman, dan jaminan kesehatan yang layak. Kekejaman Jepang terhadap tenaga romusha menyebabkan para pemuda berusaha menghindar agar tidak dijadikan tenaga romusha. Akhirnya, Jepang mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kasar. 

3) Pendidikan. Pada zaman Jepang, pendidikan mengalami peru-bahan. Sekolah Dasar (Gokumin Gakko) diperuntukkan untuk semua warga masyarakat tanpa membedakan status sosialnya. Pendidikan ini ditempuh selama enam tahun. Sekolah menengah dibedakan menjadi dua, yaitu: Shoto Chu Gakko (SMP) dan Chu Gakko (SMA). Di samping itu, ada Sekolah Pertukangan (Kogyo Gakko), Sekolah Teknik Menengah (Kogyo Sermon Gakko), dan Sekolah Guru yang dibedakan menjadi tiga tingkatan. Sekolah Guru dua tahun (Syoto Sihan Gakko), Sekolah Guru empat tahun (Guto Sihan Gakko), dan Sekolah Guru dua tahun (Koto Sihan Gakko). Seperti pada zaman Belanda, Jepang tidak menyelenggarakan jenjang pendidikan universitas. Yang ada hanya Sekolah Tinggi Kedokteran (Ika Dai Gakko) di Jakarta, Sekolah Tinggi Teknik (Kagyo Dai Gakko) di Bandung. Kedua Sekolah Tinggi itu meru-pakan kelanjutan pada zaman Belanda. Untuk menyiapkan kader pamong praja diselenggarakan Sekolah Tinggi Pamongpraja (Kenkoku Gakuin) di Jakarta. 

4) Penggunaan Bahasa Indonesia. Menurut Prof. Dr. A. Teeuw (ahli Bahasa Indonesia berkebangsaan Belanda) bahwa pendu-dukan Jepang merupakan masa bersejarah bagi Bahasa Indonesia. Tahun 1942, pemerintah pendudukan Jepang melarang penggunaan Bahasa Belanda dan digantikan dengan Bahasa Indonesia. Bahkan, pada tahun 1943 semua tulisan yang berbahasa Belanda dihapuskan diganti dengan tulisan berbahasa Indonesia. Bahasa Indonesia tidak hanya sebagai bahasa pergaulan, tetapi telah menjadi bahasa resmi pada instansi pemerintah dan lembaga pendidikan. Sejak saat itu, banyak karya sastra telah ditulis dalam Bahasa Indonesia, seperti karya Armin Pane yang berjudul Kami Perempuan (1943), Djinak-djinak Merpati, Hantu Perempuan (1944), Barang Tidak Berharga (1945), dan sebagai-nya. Pengarang lain seperti Abu Hanifah yang lebih dikenal dengan nama samaran El Hakim dengan karyanya berjudul Taufan di atas Angin, Dewi Reni, dan Insan Kamil. Selain itu, penyair terkenal pada masa pendudukan Jepang, Chairil Anwar yang mendapat gelar tokoh Angkatan ’45 dengan karyanya: Aku, Kerawang Bekasi, dan sebagainya. Dengan demikian, pemerintah pendudukan Jepang telah mem-berikan kebebasan kepada bangsa Indonesia untuk mengguna-kan dan mengembangkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, bahasa komunikasi, bahasa resmi, bahasa penulisan, dan sebagainya. Bahasa Indonesia pun berkembang ke seluruh pelosok Tanah Air.   




KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA BAGIAN 3

KERAJAAN SINGASARI

  • AWAL BERDIRINYA KERAJAAN 

Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok.Asal usul Ken Arok tidak jelas.Menurut kitab Pararaton, Ken Arok adalah anak seorang wanita tani dari Desa Pangkur (sebelah timur Gunung Kawi).Para ahli sejarah menduga ayah Ken Arok seorang pejabat kerajaan, mengingat wawasan berpikir, ambisi, dan strateginya cukup tinggi.Hal itu jarang dimiliki oleh seorang petani biasa.Pada mulanya Ken Arok hanya merupakan seorang abdi dari Akuwu Tumapel bernama Tunggul Ametung. Ken Arok setelah mengabdi di Tumapel ingin menduduki jabatan akuwu dan sekaligus memperistri Ken Dedes (istri Tunggul Ametung). Dengan menggunakan tipu muslihat yang jitu, Ken Arok dapat membunuh Tunggul Ametung.Setelah itu, Ken Arok mengangkat dirinya menjadi akuwu di Tumapel dan memperistri Ken Dedes yang saat itu telah mengandung. Ken Arok kemudian mengumumkan bahwa dia adalah penjelmaan Dewa Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Hal itu dimaksudkan agar Ken Arok dapat diterima secara sah oleh rakyat sebagai seorang pemimpin. Tumapel pada waktu itu menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Kediri yang diperintah oleh Raja Kertajaya atau Dandang Gendis. Ken Arok ingin memberontak, tetapi menunggu saat yang tepat. Pada tahun 1222 datanglah beberapa pendeta dari Kediri untuk meminta perlindungan kepada Ken Arok karena tindakan yang sewenang-wenang dari Raja Kertajaya. Ken Arok menerima dengan senang hati dan mulailah menyusun barisan, menggembleng para prajurit, dan melakukan propaganda kepada rakyatnya untuk memberontak Kerajaan Kediri. Setelah segala sesuatunya siap, berangkatlah sejumlah besar prajurit Tumapel menuju Kediri.Di daerah Ganter terjadilah peperangan dahsyat.Semua prajurit Kediri beserta rajanya dapat dibinasakan. Ken Arok disambut dengan gegap gempita oleh rakyat Tumapel dan Kediri. Selanjutnya, Ken Arok dinobatkan menjadi raja.Seluruh wilayah bekas Kerajaan Kediri disatukan dengan Tumapel yang kemudian disebut Kerajaan Singasari.Pusat kerajaan dipindahkan ke bagian timur, di sebelah Gunung Arjuna.
  • KEHIDUPAN POLITIK 
Kehidupan politik pada masa Kerajaan Singasari dapat kita lihat dari raja-raja yang pernah memimipinya.Berikut ini adalah raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Singasari.

1. Ken Arok (1222–1227). Pendiri Kerajaan Singasari ialah Ken Arok yang menjadi Raja Singasari dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi.Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222–1227). Pada tahun 1227 Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa– Buddha. 

2. Anusapati (1227–1248). Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan Anusapati.Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa ( tempat kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati.Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal. 

3. Tohjoyo (1248) Dengan meninggalnya Anusapati maka takhta Kerajaan Singasari dipegang oleh Tohjoyo.Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya.Dengan bantuan Mahesa Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian menduduki singgasana. 

4. Ranggawuni (1248–1268) Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Ppemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari. Pada tahun 1254, Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan Singasari.Pada tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa. 

5. Kertanegara (1268–-1292). Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita untuk menyatukan seluruh Nusantara.Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga orang mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i sirikan. Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan mengirimkan patung Amogapasa ke Dharmasraya atas perintah raja Kertanegara.Tujuannya untuk menguasai Selat Malaka.Selain itu juga menaklukkan Pahang, Sunda, Bali, Bakulapura (Kalimantan Barat) dan Gurun (Maluku).Kertanegara juga menjalin hubungan persahabatan dengan raja Champa, dengan tujuan untuk menahan perluasan kekuasaan Kublai Khan dari Dinasti Mongol.Kublai Khan menuntut rajaraja di daerah selatan termasuk Indonesia mengakuinya sebagai yang dipertuan.Kertanegara menolak dengan melukai utusannya yang bernama Mengki.Tindakan Kertanegara ini membuat Kublai Khan marah besar dan bermaksud menghukumnya dengan mengirikan pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian besar pasukan Singasari dikirim untuk menghadapi serangan Mongol, maka Jayakatwang menggunakan kesempatan untuk menyerangnya.Jayakatwang adalah keturunan Kertajaya - Raja terakhir Kerajaan Kediri. Serangan dilancarakan oleh Jayakatwang dari dua arah, yakni dari arah utara merupakan pasukan pancingan dan dari arah selatan merupakan pasukan inti.Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan berhasil masuk istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan para pembesar istana. Kertanagera beserta pembesarpembesar istana tewas dalam serangan tersebut. Raden Wijaya (menantu Kertanegara) berhasil menyelamatkan diri dan menuju Madura dengan maksud minta perlindungan dan bantuan kepada Aria Wiraraja (Buapati Sumenep). Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dan mengabdi kepada Jayakatwang serta diberikan sebidang tanah yang bernama Tanah Terik yang nantinya menjadi asal usul Kerajaan Majapahit. Dengan gugurnya Kertanegara pada tahun 1292, Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang.Ini berarti berakhirlah kekuasan Kerajaan Singasari.Sesuai dengan agama yang dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa-Buddha (Bairawa) di Candi Singasari. Sedangkan arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog, yang sekarang berada di Taman Simpang, Surabaya.

  • KEHIDUPAN EKONOMI 
Tidak banyak sumber prasasti dan berita dari negeri asing yang dapat memberi keterangan secara jelas kehidupan perekonomian rakyat Singasari.Akan tetapi, berdasarkan analisis bahwa pusat Kerajaan Singasari berada di sekitar Lembah Sungai Brantas dapat diduga bahwa rakyat Singasari banyak menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian.Keadaan itu juga didukung oleh hasil bumi yang melimpah sehingga menyebabkan Raja Kertanegara memperluas wilayah terutama tempat-tempat yang strategis untuk lalu lintas perdagangan. Keberadaan Sungai Brantas dapat juga digunakan sebagai sarana lalu lintas perdagangan dari wilayah pedalaman dengan dunia luar.Dengan demikian, perdagangan juga menjadi andalan bagi pengembangan perekonomian Kerajaan Singasari.

  • KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA
Peninggalan kebudayaan Kerajaan Singasari, antara lain berupa prasasti, candi, dan patung. Candi peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain Candi Jago, Candi Kidal, dan Candi Singasari. Adapun patung-patung yang berhasil ditemukan sebagai hasil kebudayaan Kerajaan Singasari, antara lain Patung Ken Dedes sebagai Dewi Prajnaparamita lambang dewi kesuburan dan Patung Kertanegara sebagai Amoghapasa. Rakyat Singasari mengalami pasang surut kehidupan sejak zaman Ken Arok sampai masa pemerintahan Wisnuwardhana.Pada masa-masa pemerintahan Ken Arok, kehidupan sosial masyarakat sangat terjamin.Kemakmuran dan keteraturan kehidupan sosial masyarakat Singasari kemungkinan yang menyebabkan para brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok ataskekejaman rajanya. Akan tetapi, pada masa pemerintahan Anusapati kehidupan masyarakat mulai terabaikan.Hal itu disebabkan raja sangat gemar menyabung ayam hingga melupakan pembangunan kerajaan. Keadaan rakyat Singasari mulai berangsur-angsur membaik setelah Wisnuwardhana naik takhta Singasari.Kemakmuran makin dapat dirasakan rakyat Singasari setelah Kertanegara menjadi raja.Pada masa pemerintahan Kertanegara, kerajaan dibangun dengan baik.Dengan demikian, rakyat dapat hidup aman dan sejahtera. Dengan kerja keras dan usaha yang tidak henti-henti, cita-cita Kertanegara ingin menyatukan seluruh wilayah Nusantara di bawah naungan Singasari tercapai juga walaupun belum sempurna. Daerah kekuasaannya, meliputi Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Melayu, Semenanjung Malaka, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.

  • MASA KEJAYAAN KERAJAAN SINGASARI 
Puncak kejayaan Kerajaan Singasari terjadi pada masa pemerintahan Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara.Kertanegara berhasil melakukan konsolidasi dengan jalan menempatkan pejabat yang memiliki kemampuan sesuai dengan bidang tugasnya.Raja tidak segan-segan untuk mengganti pejabat yang dipandang kurang berkualitas.Selain itu, raja juga melakukan persahabatan dengan kerajaan-kerajaan besar, salah satunya dengan Kerajaan Campa.Berkat politik pemerintahan yang dijalankan Kertanegara, Singasari berkembang menjadi salah satu kerajaan terkuat di Nusantara, baik dl bidang perdagangan maupun militer.

  • RUNTUHNYA KERAJAAN SINGASARI 
Kerajaan Singasari mengalami keruntuhan oleh dua sebab utama, yaitu tekanan luar negeri dan pemberontakan dalam negeri.Tekanan asing datang dari Khubilai Khan dan Dinasti Yuan di Cina.Khubilai Khan menghendaki Singasari untuk menjadi taklukan Cina.Sebagai orang yang mengambil gelar sebagai maharajadiraja, tentu Kertanegara menolaknya.Penolakan itu disampaikan dengan cara menghina utusan Khubilai Khan yang bernama Meng-chi.Sejak itu konsentrasi Kertanegara terfokus pada usaha memperkuat pertahanan lautnya.Di tengah usaha menghadapi serangan dari Kekaisaran Mongol, tiba-tiba penguasa daerah Kediri yang bernama Jayakatwang melakukan pemberontakan.Kediri sebagai wilayah kekuasaan terakhir Wangsa Isana, memang berpotensi untuk melakukan pemberontakan.Sebetulnya Kertanegara telah memperhitungkannya, sehingga mengambil menantu Ardharaja, anak Jayakatwang.Akan tetapi langkah Kertanegara ternyata tidak efektif.Pada tahun 1292 Jayakatwang menyerbu ibukota dan berhasil membunuh Kertanegara serta menguasai istana sehingga runtuhlan Kerajaan Singasari.

  • PENINGGALAN KERAJAAN SINGASARI 
1. Candi Singosari 

Candi Singosari
Candi ini berlokasi di Kecamatan Singosari,Kabupaten Malang dan terletak pada lembah di antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna. Berdasarkan penyebutannya pada Kitab Negarakertagama serta Prasasti Gajah Mada yang bertanggal 1351 M di halaman komplek candi, candi ini merupakan tempat "pendharmaan" bagi raja Singasari terakhir, Sang Kertanegara, yang mangkat(meninggal) pada tahun 1292 akibat istana diserang tentara Gelang-gelang yang dipimpin oleh Jayakatwang. Kuat dugaan, candi ini tidak pernah selesai dibangun.



2. Candi Jago

Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak.Candi ini cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita setempat karena tersambar petir.Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi ini.Sengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan batu andesit. 

3. Candi Sumberawan

Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa yang ditemukan di Jawa Timur. Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari, Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Singasari dan digunakan oleh umat Buddha pada masa itu. Pemandangan di sekitar candi ini sangat indah karena terletak di dekat sebuah telaga yang sangat bening airnya. Keadaan inilah yang memberi nama Candi Rawan.

4. Arca Dwarapala

Arca ini berbentuk Monster dengan ukuran yang sangat besar.Menurut penjaga situs sejarah ini, arca Dwarapala merupakan pertanda masuk ke wilayah kotaraja, namun hingga saat ini tidak ditemukan secara pasti dimanan letak kotaraja Singhasari.

5. Prasasti Manjusri

Prasasti Manjusri merupakan manuskrip yang dipahatkan pada bagian belakang Arca Manjusri, bertarikh 1343, pada awalnya ditempatkan di Candi Jago dan sekarang tersimpan di Museum Nasional Jakarta.

6. Prasasti Mula Malurung

Prasasti Mula Malurung adalah piagam pengesahan penganugrahan desa Mula dan desa Malurung untuk tokoh bernama Pranaraja. Prasasti ini berupa lempengan-lempengan tembaga yang diterbitkan Kertanagara pada tahun 1255 sebagai raja muda di Kadiri, atas perintah ayahnya Wisnuwardhana raja Singhasari. Kumpulan lempengan Prasasti Mula Malurung ditemukan pada dua waktu yang berbeda. Sebanyak sepuluh lempeng ditemukan pada tahun 1975 di dekat kota Kediri, Jawa Timur. Sedangkan pada bulan Mei 2001, kembali ditemukan tiga lempeng di lapak penjual barang loak, tak jauh dari lokasi penemuan sebelumnya. Keseluruhan lempeng prasasti saat ini disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.

7. Prasasti Singasari

Prasasti Singosari, yang bertarikh tahun 1351 M, ditemukan di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan sekarang disimpan di Museum Gajah dan ditulis dengan Aksara Jawa. Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada.Paruh pertama prasasti ini merupakan pentarikhan tanggal yang sangat terperinci, termasuk pemaparan letak benda-benda angkasa.Paruh kedua mengemukakan maksud prasasti ini, yaitu sebagai pariwara pembangunan sebuah caitya.

8. Candi Jawi

Candi ini terletak di pertengahan jalan raya antara Kecamatan Pandaan - Kecamatan Prigen dan Pringebukan.Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan Buddha, namun sebenarnya merupakan tempat pedharmaan atau penyimpanan abu dari raja terakhir Singhasari, Kertanegara.Sebagian dari abu tersebut juga disimpan pada Candi Singhasari.Kedua candi ini ada hubungannya dengan Candi Jago yang merupakan tempat peribadatan Raja Kertanegara.

9. Candi Kidal

Candi Kidal adalah salah satu candi warisan dari kerajaan Singasari.Candi ini dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati, Raja kedua dari Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun (1227 - 1248).Kematian Anusapati dibunuh oleh Panji Tohjaya sebagai bagian dari perebutan kekuasaan Singhasari, juga diyakini sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring.



KERAJAAN MAJAPAHIT


Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur.  Kerajaan yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1528 M  ini, mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Sumber sejarah Majapahit dari Nagarakertagama, Pararaton dan Babad. Sejarah Majapahit disebutkan dalam kitab Pararaton dan Nagarakertagama diawali dengan pembukaan hutan Tarik oleh Raden Wijaya yang terletak di Delta Sungai Brantas, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1293. Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa di Tiongkok. Ia mengirim utusan ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293. 

  • AWAL MULA BERDIRINYA
Kertarajasa Jayawardhana atau disebut juga Raden Wijaya nantinya adalah pendiri Kerajaan Majapahit sekaligus raja Majapahit pertama yang memerintah pada tahun 1293-1309. Setelah pemberontakan Jayakatwang. Raden Wijaya melarikan diri dari kejaraan para pasukaan Jayakatwang, dan pada saat itu juga Raden Wijaya mencari perlindungan dari Aria Wiraraja yang masih setia pada kerajaan Majapahit, pada saat Raden Wijaya datang, penyambutan yang sangat baik dilakukan oleh Wiraraja, ketika penjamuan makan ada sebuah dialog panjang yang dilakukan oleh Wiraraja dengan Raden Wijaya. Pada saat yang bersamaan juga Jawa diserang pasukan Mongol pada 1292 – 1293 yang ingin membalas dendam atas pengusiran utusan Mongol yang dilakukan oleh kertanegara pada 1289. Tidak menyadari perincian politik Jawa, mereka dibujuk oleh putra Kertanegara yaitu Raden Wijaya untuk membantunya mengulingkan pangeran Kediri yaitu Jayakatuwang. Setelah Kediri dikalahkan dan Jayakatwang berhasil dibunuh, Raden Wijaya meminta izin pulang ke Majapahit dengan alasan untuk menyiapkan upeti bagi kaisar Mongol, tanpa ada rasa curiga sedikitpun panglima Mongol mengizinkan bahkan para panglima memberikan pengawal dua orang perwira dan dua ratus prajurit untuk mengawal Raden Wijaya. Para pengawal Mongol yang mengawal ke Majapahit semuanya dibunuh oleh pasukan Majapahit dan Raden Wijaya kemudian menyerang orang Mongol yang sedang berkubu di Daha dan Canggu mabuk-mabuk mengadakan pesta kemenanggan, pasukan Monggol terdesak dan mundur kelaut dalam kejaraan pasukan Majapahit. Raden Wijaya kemudian memindahkan ibukota ke Trowulan, mendirikan kerajaan Majapahit dan mengambil nama Kertarajasa Jayawardhana.

  • Perkembangan dan Raja-Raja Majapahit

1. Kertarajasa

Raden Wijaya atau Kertarajasa sebagai raja pertama Majapahit menikmati hasil-hasil dari ekspedisi yang dikirimkan oleh Singasari, salah satunya Ekspedisi Pamalayu. Perjalanan ini memperoleh hasil yang gemilang baik secara materi maupun pengakuan kekuasaan dari wilayah-wilayah yang jauh. Kertarajasa mengangkat pengikut-pengikutnya menjadi pembesar kerajaan. Nambi menjadi rakryan mapatih, Sora menjadi rakryan apatih di Daha, Wenang menjadi amanca nagara di Tuban, Lawe menjadi Adipati Datara. Penunjukan ini ternyata berbuah buruk bagi kerajaan, masing-masing figur menyatakan ketidakpuasan atas penunjukkan itu. Misalnya Lawe yang tidak menyukai Nambi sebagai mahapatih karena menganggap dirinya dan Sora lebih berbakti dan berbuat banyak.

Seorang tokoh kerajaan bernama Mahapati, mengabarkan kepada raja bahwa Rangga Lawe hendak memberontak. Konflik ini adalah awal dari kekacauan selama dua puluh tahun awal kerajaan berdiri. Kebo Anabrang yang merupakan panglima kerajaan berhasil membunuh Lawe, namun kemudian dibunuh oleh Sora yang tidak terima atas kematian sahabatnya. Atas prakarsa dari Mahapati, Sora disingkirkan dari kerajaan setelah bertempur melawan raja dalam tahun 1298-1300 M. Sementara Nambi, memilih menjauhi kekuasaan karena mengetahui dia adalah sasaran dari konflik selanjutnya. Ia izin karena Wiraraja, ayahnya tengah sakit dan pergi ke Lumajang. Perjuangan Kertarajasa untuk mempertahankan keseimbangan kerajaan sangat sulit, sampai akhirnya wafat pada tahun 1309 M dan digantikan oleh putranya Jayanagara.

2. Jayanagara

Jayanagara merupakan putra mahkota dari Kertarajasa, sehingga menjadi haknya untuk bertahta ketika ayahnya wafat. Jayanagara seringkali dicap sebagai raja yang kurang cakap, namun alasan utama banyaknya guncangan di masa pemerintahannya adalah serangkaian pemberontakan yang terus berlanjut. Salah satunya akibat masih eksisnya Mahapati dalam lingkaran kerajaan. Nambi yang berduka atas kematian Wiraraja pada 1311, tidak mau kembali ke Majapahit dan membuat kedudukannya di Pajarakan. Pajarakan kemudian diserbu pada 1316, Nambi dan keluarganya dibunuh. Pemberontakan Semi terjadi pada 1318, dan Pemberontakan Kuti terjadi ada 1335. Keduanya adalah dharmmaputra atau pejabat yang diberi anugerah raja. Atas prakarsa Gajah Mada di Badander, Jayanagara berhasil selamat dan Kuti dapat dibunuh. Raja juga membunuh Mahapati setelah menyadari fitnahnya yang menyebabkan konflik berkepanjangan untuk mengamankan posisi patih amangkubhumi. Gajah Mada diangkat sebagai patih Kahuripan, dan kemudian patih Daha. Hubungan dengan Cina kembali membaik, utusan dari Majapahit datang setiap tahun pada periode 1325-1328 M. Jayanagara wafat dibunuh oleh Tanca, salah satu dharmmaputra yang merupakan seorang tabib ketika diminta mengoperasi penyakitnya.

3. Tribhuwanotunggadewi Jayawisnuwarddhani

Jayanagara tidak berputra, oleh karena itu ia digantikan oleh adik perempuannya yang telah menjadi Bhre Kahuripan. Pada masa ini pemberontakan juga masih terjadi yaitu Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Keduanya mampu ditumpas oleh Gajah Mada, sebagai hadiahnya ia diangkat menjadi Patih Hamangkubhumi. Gajah Mada menyambutnya dengan mengucapkan Sumpah Palapa, yang merupakan mimpi politik untuk menyatukan Nusantara. Artinya, Gajah Mada akan menolak semua anugerah raja atas pencapaiannya sebelum ia berhasil menyatukan seluruhnya di bawah Majapahit. Salah satu peristiwa dalam sikap ini adalah penaklukan Bali pada tahun 1343, melalui pertempuran yang hebat dan memakan daya yang sangat besar. Tribhuwana memerintah selama dua puluh dua tahun sampai dengan tahun 1350, di mana putra mahkotanya Hayam Wuruk telah cukup umur untuk menggantikannya sebagai raja Majapahit. Tribhuwana sendiri wafat pada tahun 1372.

4. Hayam Wuruk

Hayam Wuruk dianggap sebagai raja yang membawa Majapahit pada masa kebesarannya dibantu oleh mahapatih Gajah Mada. Ia bergelar Sri Rajasanagara, dan berhasil menaklukkan wilayah-wilayah sebagai lanjutan dari perluasan cakrawala mandala Majapahit ke Nusantara Timur, sampai dengan wilayah semenanjung Malaya. Hayam Wuruk berupaya meningkatkan kesejahteraan penduduknya, seperti membuat bendungan, saluran pengairan, dan pembukaan tanah baru untuk pertanian. Keharmonisan antara Hayam Wuruk dan Gajah Mada hanya berlangsung selama tujuh tahun, setelah pada tahun 1357 terjadi peristiwa Bubat. Hayam Wuruk yang hendak memperistri Dyah Pitaloka, putri Kerajaan Sunda ternyata ditafsirkan berbeda oleh Gajah Mada. Gajah Mada menginginkan pernikahan sebagai bentuk takluk terhadap Majapahit, Sunda menolak. Perbedaan pendapat ini berbuah pada konflik yang menewaskan seluruh rombongan Kerajaan Sunda. Gajah Mada kemudian mengundurkan diri dari jabatan mahapatih, meskipun aktif lagi beberapa tahun kemudian.

Pada masa kekuasaannya, Hayam Wuruk juga mengunjungi beberapa wilayah kekuasaannya, yang dicatatkan dalam kitab Nagarakrtagama. Perjalanan ini dimulai dari Pajang (1351), Lasem (1354), Pantai Selatan (1357), Lumajang (1359), Tirib dan Sempur (1360), Blitar (1361), dan Simping (1363). Pada akhir kunjungan ini, Hayam Wuruk mengunjungi Gajah Mada yang dikabarkan tengah sakit yang kemudian wafat pada tahun 1364. Kehilangan besar bagi Majapahit, yang baru digantikan oleh Gajah Enggon menjadi Patih Amangkubhumi tiga tahun kemudian. Hayam Wuruk masih memerintah sampai dengan 1389 ketika wafat, dan digantikan oleh menantunya Wikramawarddhana.

5. Wikramawarddhana dan Pergantian Singkat Kekuasaan Majapahit

Wikramawarddhana atau Bhre Hyang Wisesa adalah keponakan sekaligus menantu Hayam Wuruk yang kawin dengan Kusumawarddhani. Meskipun seharusnya Kusumawarddhani yang menjadi raja, karena ia adalah putri mahkota Majapahit. Wikramawarddhana sendiri memerintah selama dua belas tahun (1389-1400), dan kemudian mengundurkan diri untuk menjadi pendeta. Suhita, putranya ditunjuk untuk menggantikannya.

Keputusan ini langsung menimbulkan sengketa antara Wikramawarddhana dan Bhre Wirabhumi hingga terjadi peperangan. Perang ini bahkan dicatat dalam berita Cina Dinasti Ming, serta catatan perjalanan Laksamana Cheng-Ho. Bhre Wirabumi terbunuh, dan Suhita dapat kembali bertahta sampai dengan wafat tahun 1447. Suhita digantikan oleh adiknya Bhre Tumapel Dyah Kertawijaya karena tidak memiliki putra. Kertawijaya wafat pada tahun 1451, kemudian digantikan oleh Bhre Pamotan bergelar Sri Rajasawarddhana yang kemudian memindahkan kedudukannya di Keling-Kahuripan karena kondisi pusat kerajaan yang masih dikacaukan oleh perseteruan keluarga yang sebelumnya.

6. Girindrawarddhana, Raja-Raja Terakhir Majapahit

Dyah Suryawikrama Girindrawarddhana menaiki tahta kerajaan setelah tiga tahun Majapahit mengalami kekosongan kekuasaan (interregnum). Ia adalah anak dari Kertawijaya yang sebelumnya memerintah daerah Wengker, memerintah selama sepuluh tahun sebelum digantikan oleh putranya Bhre Pandan Salas/Dyah Suryaprabhawa Sri Singhawikramawarddhana. Konflik kemudian kembali muncul ketika Bhre Kertabhumi menyerbu Majapahit untuk mengambil kekuasaan. Kertabhumi adalah putra bungsu Rajasawarddhana. Bhre Pandan Salas kemudian menyingkir ke Daha dan memerintah sampai 1474. Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya menggantikannya namun berkedudukan di Keling, karena pusat kerajaan masih dikuasai oleh Kertabhumi.

  • Masa Kejayaan

Masa Kejayaan Majapahit berada pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, terutama ketika Hayam Wuruk masih dibantu oleh Gajah Mada sebagai mahapatih (1350-1357). Pada masa ini cakrawala mandala Majapahit mencakup wilayah yang sangat luas. Menjangkau Tumasik, Semenanjung, hingga Nusantara Timur. Pada masa Hayam Wuruk juga ditingkatkan kesejahteraan masyarakat meliputi perbaikan irigasi, pembukaan tanah pertanian, dan pembuatan bendungan. Hayam Wuruk pada masa kekuasaannya juga mengunjungi wilayah-wilayah di sekitar pusat kekuasaan Majapahit untuk memastikan kehidupan masyarakat berlangsung dengan baik.

  • Runtuhnya Kerajaan Majapahit

Beberapa pendapat menyatakan bahwa Majapahit telah runtuh sejak tahun 1478, ketika Ranawijaya menjadi raja namun tetap berkedudukan di Keling-Kahuripan (Kadiri). Sementara Kertabhumi yang menduduki Majapahit tidak tercatat mengangkat diri sebagai raja Majapahit. N.J. Krom berpendapat bahwa Wangsa Girindra adalah keluarga baru dari Kadiri yang merebut Majapahit dari Wangsa Rajasa.

Di sisi lain, berita Dinasti Ming masih mencatat hubungan antara Cina dan Jawa sampai dengan tahun 1499. Rui de Brito, Gubernur Portugis di Malaka  pada tahun 1514 bersurat pada Raja Manuel bahwa ada dua raja kafir di Jawa yaitu Sunda dan Jawa. Kemudian Duarte Barbosa, penulis Italia yang menyatakan bahwa tahun 1518 ada raja kafir yang berkuasa di Jawa.

Kedua tulisan ini menyimpulkan bahwa sampai dengan abad ke XVI kerajaan Majapahit masih ada. Meskipun beberapa saat kemudian, beredar nama Pati Unus sebagai penguasa Jawa. Pati Unus adalah penguasa kerajaan Demak (1518-1521). Hal ini dapat dipahami sebagai luluh lantaknya kekuasaan Majapahit dalam ekspansi Demak pada tahun-tahun tersebut. Menurut pendapat lain, berkuasanya Demak tidak lain adalah lanjutan dari sengketa antara Kertabhumi dan Ranaijaya. Karena dalam Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda, Raden Patah menyatakan keturunan dari Prabu Brawijaya Kertabhumi.

  • Peninggalan Kerajaan Majapahit

1. Situs Trowulan

Trowulan adalah kawasan kepurbakalaan di wilayah Mojokerto, Jawa Timur. Situs ini dikaitkan sebagai keraton Majapahit yang terdiri atas beberapa bangunan penting seperti Candi Tikus, Gapura Bajang Ratu, Makam Troloyo, Candi Menak Jingga, Kolam Segaran, dan beberapa bangunan lainnya yang dicitrakan sebagai kediaman mewah yang hanya dihuni oleh bangsawan.

2. Candi (Sukuh, Cetho, & Jabung)

Majapahit memiliki banyak peninggalan Candi yang dianggap sebagai bentuk penegasan eksistensi dan keperluan upacara keagamaan. Misalnya Candi Sukuh (1437), Candi Cetho, dan Candi Jabung.

3. Kitab (Sutasoma, Nagarakrtagama, Pararaton)

Kerajaan Majapahit memiliki bangsawan-bangsawan kerajaan yang mencatat segala peristiwa yang terjadi. Hal ini sama dengan yang dilakukan oleh bangsawan Cina yang mencatat setiap aktivitas kerajaan untuk keperluan meninggalkan sejarah dan membangun citra yang baik dari setiap masa. Sutasoma dan Arjunawiwaha (Mpu Tantular), Nagarakrtagama (Mpu Prapanca), dan Pararaton adalah kitab-kitab terkemuka yang muncul pada masa kerajaan Majapahit.

4. Arsitektur

Sumbangsih yang berkelanjutan dari Majapahit adalah tetap adanya model arsitektur pendopo, bangunan atap susun, dan komplek keraton-masjid-lapangan-pasar meskipun kerajaan yang eksis setelah Majapahit bercorak Islam. Keraton Demak, Masjid Kudus, dan Keraton Kasepuhan Cirebon adalah contoh bangunan kerajaan Islam yang muncul dengan model arsitektur Hindu-Majapahit.

5. Legitimasi Politik

Tidak sedikit bangsawan setelah era Majapahit melegitimasikan kekuasannya sebagai keturunan Majapahit. Raden Patah mengklaim sebagai keturunan dari Prabu BraRaden Wijaya Kertabhumi, yang berhasil merebut kota Majapahit dari Prabu RanaRaden Wijaya. Sementara Gerakan nasionalisme Indonesia juga merujuk pada kejayaan Majapahit dan SriRaden Wijaya. Ungkapan Bhinneka Tunggal Ika dirujuk dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular.

SOAL PENILAIAN AKHIR TAHUN (SEMESTER GENAP) SEJARAH INDONESIA KELAS XI

1) Untuk menguasai kawasan Asia Pasifik Jepang menyerang pangkalan Amerika, dikawasan Asia Pasifik. Peristiwa penyerangan Jepang terhadap pa...