Cari Blog Ini

Senin, 08 Februari 2021

Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang Di Bidang Ekonomi dan Sosial

  • Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang Di Bidang Ekonomi antara lain:


1) Perluasan areal persawahan. Setelah menduduki Indonesia, Jepang melihat bahwa produksi beras tidak akan mampu memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, perlu dilakukan perluasan areal persawahan guna meningkatkan produksi beras. Meskipun demikian produksi pangan antara tahun 1941-1944 terus menurun. 

2) Pengawasan pertanian dan perkebunan. Pelaksanaan pertanian diawasi secara ketat dengan tujuan untuk mengendalikan harga barang, terutama beras. Hasil pertanian diatur sebagai berikut: 40% untuk petani, 30% harus dijual kepada pemerintah Jepang dengan harga yang sangat murah, dan 30% harus diserahkan ke ‘lumbung desa’. Ketentuan itu sangat merugikan petani dan yang berani melakukan pelanggaran akan dihukum berat. Badan yang menangani masalah pelanggaran disebut Kempetai (Korps Polisi Militer), suatu badan yang sangat ditakuti rakyat. Pengawasan terhadap produksi perkebunan dilakukan secara ketat. Jepang hanya mengizinkan dua jenis tanaman perkebunan yaitu karet dan kina. Kedua jenis tanaman itu berhubungan langsung dengan kepentingan perang. Sedangkan tembakau, teh, kopi harus dihentikan penanamannya karena hanya berhubungan dengan kenikmatan. Padahal, ketiga jenis tanaman itu sangat laku di pasaran dunia. Dengan demikian, kebijakan pemerintah Jepang di bidang ekonomi sangat merugikan rakyat. Pengerahan sumber daya ekonomi untuk kepentingan perang. Untuk menguasai hasil-hasil pertanian dan kekayaan penduduk, Jepang selalu berdalih bahwa untuk kepentingan perang. Setiap penduduk harus menyerahkan kekayaannya kepada pemerintah Jepang. Rakyat harus menyerahkan barang-barang berharga (emas dan berlian), hewan, bahan makanan kepada pemerintah Jepang. Untuk memperlancar usaha usahanya, Jepang membentuk Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa) dan Nogyo Kumiai (Koperasi Pertanian). 

3) Menerapkan sistem Ekonomi Autarki 
adalah sistem ekonomi swasembada dan perdagangan terbatas. Kondisi ini dapat terjadi jika suatu entitas dapat melakukan swasembada terhadap kebutuhannya. Artinya setiap daerah wajib memenuhi kebutuhannya sendiri secara mandiri tanpa adanya mobilisasi kebutuhan pokok antar wilayah yang telah ditentukan oleh Jepang.


  • Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang Di Bidang Sosial antara lain:

Salah satu kebijakan yang cukup penting dalam bidang sosial adalah pembagian kelas masyarakat seperti pada zaman Belanda. Masyarakat hanya dibedakan menjadi ‘saudara tua’ (Jepang) dan ‘saudara muda’ (Indonesia). Sedangkan penduduk Timur asing, terutama Cina adalah golongan masyarakat yang sangat dicurigai karena di negeri leluhurnya bangsa Cina telah mempersulit bangsa Jepang dalam mewujudkan cita-citanya. Hal ini sesuai dengan propaganda Jepang bahwa ‘Asia untuk bangsa Asia’. Namun dalam kenyataannya, Indonesia bukan untuk bangsa Asia, melainkan untuk bangsa Jepang. Untuk mencapai tujuannya, Jepang mengeluarkan beberapa kebijakan di bidang sosial, seperti:

1) Pembentukkan Rukun Tetangga (RT) atau Tonarigumi. Untuk mempermudah pengawasan dan pengerahan penduduk, pemerintah Jepang membentuk Tonarigumi (RT). Pada waktu itu, Jepang membutuhkan tenaga yang sangat besar jumlahnya untuk membuat benteng-benteng pertahanan, lapangan pesawat terbang darurat, jalan, dan jembatan. Pengerahan masyarakat sangat terasa dengan adanya Kinrohoishi (kerja bakti yang menyerupai dengan kerja paksa). Oleh karena itu, pembentukkan RT dipandang sangat efektif untuk mengerahkan dan mengawasi aktivitas masyarakat. 

2) Romusha adalah pengerahan tenaga kerja secara paksa dan tanpa upah untuk membantu tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh Jepang. Pada awalnya, romusha dilaksanakan dengan sukarela, tetapi lama kelamaan dilaksanakan secara paksa. Bahkan, setiap desa diwajibkan untuk menyediakan tenaga dalam jumlah tertentu. Hal itu dapat dimaklumi karena daerah peperangan Jepang semakin luas. Tenaga romusha dikirim ke beberapa daerah di Indonesia, bahkan ada yang dikirim ke Malaysia, Myanmar, Serawak, Thailand, dan Vietnam. Para tenaga romusha diperlakukan secara kasar oleh Balatentara Jepang. Mereka dipaksa untuk bekerja berat tanpa mendapatkan makanan, minuman, dan jaminan kesehatan yang layak. Kekejaman Jepang terhadap tenaga romusha menyebabkan para pemuda berusaha menghindar agar tidak dijadikan tenaga romusha. Akhirnya, Jepang mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kasar. 

3) Pendidikan. Pada zaman Jepang, pendidikan mengalami peru-bahan. Sekolah Dasar (Gokumin Gakko) diperuntukkan untuk semua warga masyarakat tanpa membedakan status sosialnya. Pendidikan ini ditempuh selama enam tahun. Sekolah menengah dibedakan menjadi dua, yaitu: Shoto Chu Gakko (SMP) dan Chu Gakko (SMA). Di samping itu, ada Sekolah Pertukangan (Kogyo Gakko), Sekolah Teknik Menengah (Kogyo Sermon Gakko), dan Sekolah Guru yang dibedakan menjadi tiga tingkatan. Sekolah Guru dua tahun (Syoto Sihan Gakko), Sekolah Guru empat tahun (Guto Sihan Gakko), dan Sekolah Guru dua tahun (Koto Sihan Gakko). Seperti pada zaman Belanda, Jepang tidak menyelenggarakan jenjang pendidikan universitas. Yang ada hanya Sekolah Tinggi Kedokteran (Ika Dai Gakko) di Jakarta, Sekolah Tinggi Teknik (Kagyo Dai Gakko) di Bandung. Kedua Sekolah Tinggi itu meru-pakan kelanjutan pada zaman Belanda. Untuk menyiapkan kader pamong praja diselenggarakan Sekolah Tinggi Pamongpraja (Kenkoku Gakuin) di Jakarta. 

4) Penggunaan Bahasa Indonesia. Menurut Prof. Dr. A. Teeuw (ahli Bahasa Indonesia berkebangsaan Belanda) bahwa pendu-dukan Jepang merupakan masa bersejarah bagi Bahasa Indonesia. Tahun 1942, pemerintah pendudukan Jepang melarang penggunaan Bahasa Belanda dan digantikan dengan Bahasa Indonesia. Bahkan, pada tahun 1943 semua tulisan yang berbahasa Belanda dihapuskan diganti dengan tulisan berbahasa Indonesia. Bahasa Indonesia tidak hanya sebagai bahasa pergaulan, tetapi telah menjadi bahasa resmi pada instansi pemerintah dan lembaga pendidikan. Sejak saat itu, banyak karya sastra telah ditulis dalam Bahasa Indonesia, seperti karya Armin Pane yang berjudul Kami Perempuan (1943), Djinak-djinak Merpati, Hantu Perempuan (1944), Barang Tidak Berharga (1945), dan sebagai-nya. Pengarang lain seperti Abu Hanifah yang lebih dikenal dengan nama samaran El Hakim dengan karyanya berjudul Taufan di atas Angin, Dewi Reni, dan Insan Kamil. Selain itu, penyair terkenal pada masa pendudukan Jepang, Chairil Anwar yang mendapat gelar tokoh Angkatan ’45 dengan karyanya: Aku, Kerawang Bekasi, dan sebagainya. Dengan demikian, pemerintah pendudukan Jepang telah mem-berikan kebebasan kepada bangsa Indonesia untuk mengguna-kan dan mengembangkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, bahasa komunikasi, bahasa resmi, bahasa penulisan, dan sebagainya. Bahasa Indonesia pun berkembang ke seluruh pelosok Tanah Air.   




KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA BAGIAN 3

KERAJAAN SINGASARI

  • AWAL BERDIRINYA KERAJAAN 

Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok.Asal usul Ken Arok tidak jelas.Menurut kitab Pararaton, Ken Arok adalah anak seorang wanita tani dari Desa Pangkur (sebelah timur Gunung Kawi).Para ahli sejarah menduga ayah Ken Arok seorang pejabat kerajaan, mengingat wawasan berpikir, ambisi, dan strateginya cukup tinggi.Hal itu jarang dimiliki oleh seorang petani biasa.Pada mulanya Ken Arok hanya merupakan seorang abdi dari Akuwu Tumapel bernama Tunggul Ametung. Ken Arok setelah mengabdi di Tumapel ingin menduduki jabatan akuwu dan sekaligus memperistri Ken Dedes (istri Tunggul Ametung). Dengan menggunakan tipu muslihat yang jitu, Ken Arok dapat membunuh Tunggul Ametung.Setelah itu, Ken Arok mengangkat dirinya menjadi akuwu di Tumapel dan memperistri Ken Dedes yang saat itu telah mengandung. Ken Arok kemudian mengumumkan bahwa dia adalah penjelmaan Dewa Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Hal itu dimaksudkan agar Ken Arok dapat diterima secara sah oleh rakyat sebagai seorang pemimpin. Tumapel pada waktu itu menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Kediri yang diperintah oleh Raja Kertajaya atau Dandang Gendis. Ken Arok ingin memberontak, tetapi menunggu saat yang tepat. Pada tahun 1222 datanglah beberapa pendeta dari Kediri untuk meminta perlindungan kepada Ken Arok karena tindakan yang sewenang-wenang dari Raja Kertajaya. Ken Arok menerima dengan senang hati dan mulailah menyusun barisan, menggembleng para prajurit, dan melakukan propaganda kepada rakyatnya untuk memberontak Kerajaan Kediri. Setelah segala sesuatunya siap, berangkatlah sejumlah besar prajurit Tumapel menuju Kediri.Di daerah Ganter terjadilah peperangan dahsyat.Semua prajurit Kediri beserta rajanya dapat dibinasakan. Ken Arok disambut dengan gegap gempita oleh rakyat Tumapel dan Kediri. Selanjutnya, Ken Arok dinobatkan menjadi raja.Seluruh wilayah bekas Kerajaan Kediri disatukan dengan Tumapel yang kemudian disebut Kerajaan Singasari.Pusat kerajaan dipindahkan ke bagian timur, di sebelah Gunung Arjuna.
  • KEHIDUPAN POLITIK 
Kehidupan politik pada masa Kerajaan Singasari dapat kita lihat dari raja-raja yang pernah memimipinya.Berikut ini adalah raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Singasari.

1. Ken Arok (1222–1227). Pendiri Kerajaan Singasari ialah Ken Arok yang menjadi Raja Singasari dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi.Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222–1227). Pada tahun 1227 Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa– Buddha. 

2. Anusapati (1227–1248). Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan Anusapati.Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa ( tempat kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati.Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal. 

3. Tohjoyo (1248) Dengan meninggalnya Anusapati maka takhta Kerajaan Singasari dipegang oleh Tohjoyo.Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya.Dengan bantuan Mahesa Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian menduduki singgasana. 

4. Ranggawuni (1248–1268) Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Ppemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari. Pada tahun 1254, Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan Singasari.Pada tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa. 

5. Kertanegara (1268–-1292). Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita untuk menyatukan seluruh Nusantara.Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga orang mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i sirikan. Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan mengirimkan patung Amogapasa ke Dharmasraya atas perintah raja Kertanegara.Tujuannya untuk menguasai Selat Malaka.Selain itu juga menaklukkan Pahang, Sunda, Bali, Bakulapura (Kalimantan Barat) dan Gurun (Maluku).Kertanegara juga menjalin hubungan persahabatan dengan raja Champa, dengan tujuan untuk menahan perluasan kekuasaan Kublai Khan dari Dinasti Mongol.Kublai Khan menuntut rajaraja di daerah selatan termasuk Indonesia mengakuinya sebagai yang dipertuan.Kertanegara menolak dengan melukai utusannya yang bernama Mengki.Tindakan Kertanegara ini membuat Kublai Khan marah besar dan bermaksud menghukumnya dengan mengirikan pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian besar pasukan Singasari dikirim untuk menghadapi serangan Mongol, maka Jayakatwang menggunakan kesempatan untuk menyerangnya.Jayakatwang adalah keturunan Kertajaya - Raja terakhir Kerajaan Kediri. Serangan dilancarakan oleh Jayakatwang dari dua arah, yakni dari arah utara merupakan pasukan pancingan dan dari arah selatan merupakan pasukan inti.Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan berhasil masuk istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan para pembesar istana. Kertanagera beserta pembesarpembesar istana tewas dalam serangan tersebut. Raden Wijaya (menantu Kertanegara) berhasil menyelamatkan diri dan menuju Madura dengan maksud minta perlindungan dan bantuan kepada Aria Wiraraja (Buapati Sumenep). Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dan mengabdi kepada Jayakatwang serta diberikan sebidang tanah yang bernama Tanah Terik yang nantinya menjadi asal usul Kerajaan Majapahit. Dengan gugurnya Kertanegara pada tahun 1292, Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang.Ini berarti berakhirlah kekuasan Kerajaan Singasari.Sesuai dengan agama yang dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa-Buddha (Bairawa) di Candi Singasari. Sedangkan arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog, yang sekarang berada di Taman Simpang, Surabaya.

  • KEHIDUPAN EKONOMI 
Tidak banyak sumber prasasti dan berita dari negeri asing yang dapat memberi keterangan secara jelas kehidupan perekonomian rakyat Singasari.Akan tetapi, berdasarkan analisis bahwa pusat Kerajaan Singasari berada di sekitar Lembah Sungai Brantas dapat diduga bahwa rakyat Singasari banyak menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian.Keadaan itu juga didukung oleh hasil bumi yang melimpah sehingga menyebabkan Raja Kertanegara memperluas wilayah terutama tempat-tempat yang strategis untuk lalu lintas perdagangan. Keberadaan Sungai Brantas dapat juga digunakan sebagai sarana lalu lintas perdagangan dari wilayah pedalaman dengan dunia luar.Dengan demikian, perdagangan juga menjadi andalan bagi pengembangan perekonomian Kerajaan Singasari.

  • KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA
Peninggalan kebudayaan Kerajaan Singasari, antara lain berupa prasasti, candi, dan patung. Candi peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain Candi Jago, Candi Kidal, dan Candi Singasari. Adapun patung-patung yang berhasil ditemukan sebagai hasil kebudayaan Kerajaan Singasari, antara lain Patung Ken Dedes sebagai Dewi Prajnaparamita lambang dewi kesuburan dan Patung Kertanegara sebagai Amoghapasa. Rakyat Singasari mengalami pasang surut kehidupan sejak zaman Ken Arok sampai masa pemerintahan Wisnuwardhana.Pada masa-masa pemerintahan Ken Arok, kehidupan sosial masyarakat sangat terjamin.Kemakmuran dan keteraturan kehidupan sosial masyarakat Singasari kemungkinan yang menyebabkan para brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok ataskekejaman rajanya. Akan tetapi, pada masa pemerintahan Anusapati kehidupan masyarakat mulai terabaikan.Hal itu disebabkan raja sangat gemar menyabung ayam hingga melupakan pembangunan kerajaan. Keadaan rakyat Singasari mulai berangsur-angsur membaik setelah Wisnuwardhana naik takhta Singasari.Kemakmuran makin dapat dirasakan rakyat Singasari setelah Kertanegara menjadi raja.Pada masa pemerintahan Kertanegara, kerajaan dibangun dengan baik.Dengan demikian, rakyat dapat hidup aman dan sejahtera. Dengan kerja keras dan usaha yang tidak henti-henti, cita-cita Kertanegara ingin menyatukan seluruh wilayah Nusantara di bawah naungan Singasari tercapai juga walaupun belum sempurna. Daerah kekuasaannya, meliputi Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Melayu, Semenanjung Malaka, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.

  • MASA KEJAYAAN KERAJAAN SINGASARI 
Puncak kejayaan Kerajaan Singasari terjadi pada masa pemerintahan Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara.Kertanegara berhasil melakukan konsolidasi dengan jalan menempatkan pejabat yang memiliki kemampuan sesuai dengan bidang tugasnya.Raja tidak segan-segan untuk mengganti pejabat yang dipandang kurang berkualitas.Selain itu, raja juga melakukan persahabatan dengan kerajaan-kerajaan besar, salah satunya dengan Kerajaan Campa.Berkat politik pemerintahan yang dijalankan Kertanegara, Singasari berkembang menjadi salah satu kerajaan terkuat di Nusantara, baik dl bidang perdagangan maupun militer.

  • RUNTUHNYA KERAJAAN SINGASARI 
Kerajaan Singasari mengalami keruntuhan oleh dua sebab utama, yaitu tekanan luar negeri dan pemberontakan dalam negeri.Tekanan asing datang dari Khubilai Khan dan Dinasti Yuan di Cina.Khubilai Khan menghendaki Singasari untuk menjadi taklukan Cina.Sebagai orang yang mengambil gelar sebagai maharajadiraja, tentu Kertanegara menolaknya.Penolakan itu disampaikan dengan cara menghina utusan Khubilai Khan yang bernama Meng-chi.Sejak itu konsentrasi Kertanegara terfokus pada usaha memperkuat pertahanan lautnya.Di tengah usaha menghadapi serangan dari Kekaisaran Mongol, tiba-tiba penguasa daerah Kediri yang bernama Jayakatwang melakukan pemberontakan.Kediri sebagai wilayah kekuasaan terakhir Wangsa Isana, memang berpotensi untuk melakukan pemberontakan.Sebetulnya Kertanegara telah memperhitungkannya, sehingga mengambil menantu Ardharaja, anak Jayakatwang.Akan tetapi langkah Kertanegara ternyata tidak efektif.Pada tahun 1292 Jayakatwang menyerbu ibukota dan berhasil membunuh Kertanegara serta menguasai istana sehingga runtuhlan Kerajaan Singasari.

  • PENINGGALAN KERAJAAN SINGASARI 
1. Candi Singosari 

Candi Singosari
Candi ini berlokasi di Kecamatan Singosari,Kabupaten Malang dan terletak pada lembah di antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna. Berdasarkan penyebutannya pada Kitab Negarakertagama serta Prasasti Gajah Mada yang bertanggal 1351 M di halaman komplek candi, candi ini merupakan tempat "pendharmaan" bagi raja Singasari terakhir, Sang Kertanegara, yang mangkat(meninggal) pada tahun 1292 akibat istana diserang tentara Gelang-gelang yang dipimpin oleh Jayakatwang. Kuat dugaan, candi ini tidak pernah selesai dibangun.



2. Candi Jago

Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak.Candi ini cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita setempat karena tersambar petir.Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi ini.Sengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan batu andesit. 

3. Candi Sumberawan

Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa yang ditemukan di Jawa Timur. Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari, Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Singasari dan digunakan oleh umat Buddha pada masa itu. Pemandangan di sekitar candi ini sangat indah karena terletak di dekat sebuah telaga yang sangat bening airnya. Keadaan inilah yang memberi nama Candi Rawan.

4. Arca Dwarapala

Arca ini berbentuk Monster dengan ukuran yang sangat besar.Menurut penjaga situs sejarah ini, arca Dwarapala merupakan pertanda masuk ke wilayah kotaraja, namun hingga saat ini tidak ditemukan secara pasti dimanan letak kotaraja Singhasari.

5. Prasasti Manjusri

Prasasti Manjusri merupakan manuskrip yang dipahatkan pada bagian belakang Arca Manjusri, bertarikh 1343, pada awalnya ditempatkan di Candi Jago dan sekarang tersimpan di Museum Nasional Jakarta.

6. Prasasti Mula Malurung

Prasasti Mula Malurung adalah piagam pengesahan penganugrahan desa Mula dan desa Malurung untuk tokoh bernama Pranaraja. Prasasti ini berupa lempengan-lempengan tembaga yang diterbitkan Kertanagara pada tahun 1255 sebagai raja muda di Kadiri, atas perintah ayahnya Wisnuwardhana raja Singhasari. Kumpulan lempengan Prasasti Mula Malurung ditemukan pada dua waktu yang berbeda. Sebanyak sepuluh lempeng ditemukan pada tahun 1975 di dekat kota Kediri, Jawa Timur. Sedangkan pada bulan Mei 2001, kembali ditemukan tiga lempeng di lapak penjual barang loak, tak jauh dari lokasi penemuan sebelumnya. Keseluruhan lempeng prasasti saat ini disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.

7. Prasasti Singasari

Prasasti Singosari, yang bertarikh tahun 1351 M, ditemukan di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan sekarang disimpan di Museum Gajah dan ditulis dengan Aksara Jawa. Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada.Paruh pertama prasasti ini merupakan pentarikhan tanggal yang sangat terperinci, termasuk pemaparan letak benda-benda angkasa.Paruh kedua mengemukakan maksud prasasti ini, yaitu sebagai pariwara pembangunan sebuah caitya.

8. Candi Jawi

Candi ini terletak di pertengahan jalan raya antara Kecamatan Pandaan - Kecamatan Prigen dan Pringebukan.Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan Buddha, namun sebenarnya merupakan tempat pedharmaan atau penyimpanan abu dari raja terakhir Singhasari, Kertanegara.Sebagian dari abu tersebut juga disimpan pada Candi Singhasari.Kedua candi ini ada hubungannya dengan Candi Jago yang merupakan tempat peribadatan Raja Kertanegara.

9. Candi Kidal

Candi Kidal adalah salah satu candi warisan dari kerajaan Singasari.Candi ini dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati, Raja kedua dari Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun (1227 - 1248).Kematian Anusapati dibunuh oleh Panji Tohjaya sebagai bagian dari perebutan kekuasaan Singhasari, juga diyakini sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring.



KERAJAAN MAJAPAHIT


Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur.  Kerajaan yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1528 M  ini, mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Sumber sejarah Majapahit dari Nagarakertagama, Pararaton dan Babad. Sejarah Majapahit disebutkan dalam kitab Pararaton dan Nagarakertagama diawali dengan pembukaan hutan Tarik oleh Raden Wijaya yang terletak di Delta Sungai Brantas, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1293. Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa di Tiongkok. Ia mengirim utusan ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293. 

  • AWAL MULA BERDIRINYA
Kertarajasa Jayawardhana atau disebut juga Raden Wijaya nantinya adalah pendiri Kerajaan Majapahit sekaligus raja Majapahit pertama yang memerintah pada tahun 1293-1309. Setelah pemberontakan Jayakatwang. Raden Wijaya melarikan diri dari kejaraan para pasukaan Jayakatwang, dan pada saat itu juga Raden Wijaya mencari perlindungan dari Aria Wiraraja yang masih setia pada kerajaan Majapahit, pada saat Raden Wijaya datang, penyambutan yang sangat baik dilakukan oleh Wiraraja, ketika penjamuan makan ada sebuah dialog panjang yang dilakukan oleh Wiraraja dengan Raden Wijaya. Pada saat yang bersamaan juga Jawa diserang pasukan Mongol pada 1292 – 1293 yang ingin membalas dendam atas pengusiran utusan Mongol yang dilakukan oleh kertanegara pada 1289. Tidak menyadari perincian politik Jawa, mereka dibujuk oleh putra Kertanegara yaitu Raden Wijaya untuk membantunya mengulingkan pangeran Kediri yaitu Jayakatuwang. Setelah Kediri dikalahkan dan Jayakatwang berhasil dibunuh, Raden Wijaya meminta izin pulang ke Majapahit dengan alasan untuk menyiapkan upeti bagi kaisar Mongol, tanpa ada rasa curiga sedikitpun panglima Mongol mengizinkan bahkan para panglima memberikan pengawal dua orang perwira dan dua ratus prajurit untuk mengawal Raden Wijaya. Para pengawal Mongol yang mengawal ke Majapahit semuanya dibunuh oleh pasukan Majapahit dan Raden Wijaya kemudian menyerang orang Mongol yang sedang berkubu di Daha dan Canggu mabuk-mabuk mengadakan pesta kemenanggan, pasukan Monggol terdesak dan mundur kelaut dalam kejaraan pasukan Majapahit. Raden Wijaya kemudian memindahkan ibukota ke Trowulan, mendirikan kerajaan Majapahit dan mengambil nama Kertarajasa Jayawardhana.

  • Perkembangan dan Raja-Raja Majapahit

1. Kertarajasa

Raden Wijaya atau Kertarajasa sebagai raja pertama Majapahit menikmati hasil-hasil dari ekspedisi yang dikirimkan oleh Singasari, salah satunya Ekspedisi Pamalayu. Perjalanan ini memperoleh hasil yang gemilang baik secara materi maupun pengakuan kekuasaan dari wilayah-wilayah yang jauh. Kertarajasa mengangkat pengikut-pengikutnya menjadi pembesar kerajaan. Nambi menjadi rakryan mapatih, Sora menjadi rakryan apatih di Daha, Wenang menjadi amanca nagara di Tuban, Lawe menjadi Adipati Datara. Penunjukan ini ternyata berbuah buruk bagi kerajaan, masing-masing figur menyatakan ketidakpuasan atas penunjukkan itu. Misalnya Lawe yang tidak menyukai Nambi sebagai mahapatih karena menganggap dirinya dan Sora lebih berbakti dan berbuat banyak.

Seorang tokoh kerajaan bernama Mahapati, mengabarkan kepada raja bahwa Rangga Lawe hendak memberontak. Konflik ini adalah awal dari kekacauan selama dua puluh tahun awal kerajaan berdiri. Kebo Anabrang yang merupakan panglima kerajaan berhasil membunuh Lawe, namun kemudian dibunuh oleh Sora yang tidak terima atas kematian sahabatnya. Atas prakarsa dari Mahapati, Sora disingkirkan dari kerajaan setelah bertempur melawan raja dalam tahun 1298-1300 M. Sementara Nambi, memilih menjauhi kekuasaan karena mengetahui dia adalah sasaran dari konflik selanjutnya. Ia izin karena Wiraraja, ayahnya tengah sakit dan pergi ke Lumajang. Perjuangan Kertarajasa untuk mempertahankan keseimbangan kerajaan sangat sulit, sampai akhirnya wafat pada tahun 1309 M dan digantikan oleh putranya Jayanagara.

2. Jayanagara

Jayanagara merupakan putra mahkota dari Kertarajasa, sehingga menjadi haknya untuk bertahta ketika ayahnya wafat. Jayanagara seringkali dicap sebagai raja yang kurang cakap, namun alasan utama banyaknya guncangan di masa pemerintahannya adalah serangkaian pemberontakan yang terus berlanjut. Salah satunya akibat masih eksisnya Mahapati dalam lingkaran kerajaan. Nambi yang berduka atas kematian Wiraraja pada 1311, tidak mau kembali ke Majapahit dan membuat kedudukannya di Pajarakan. Pajarakan kemudian diserbu pada 1316, Nambi dan keluarganya dibunuh. Pemberontakan Semi terjadi pada 1318, dan Pemberontakan Kuti terjadi ada 1335. Keduanya adalah dharmmaputra atau pejabat yang diberi anugerah raja. Atas prakarsa Gajah Mada di Badander, Jayanagara berhasil selamat dan Kuti dapat dibunuh. Raja juga membunuh Mahapati setelah menyadari fitnahnya yang menyebabkan konflik berkepanjangan untuk mengamankan posisi patih amangkubhumi. Gajah Mada diangkat sebagai patih Kahuripan, dan kemudian patih Daha. Hubungan dengan Cina kembali membaik, utusan dari Majapahit datang setiap tahun pada periode 1325-1328 M. Jayanagara wafat dibunuh oleh Tanca, salah satu dharmmaputra yang merupakan seorang tabib ketika diminta mengoperasi penyakitnya.

3. Tribhuwanotunggadewi Jayawisnuwarddhani

Jayanagara tidak berputra, oleh karena itu ia digantikan oleh adik perempuannya yang telah menjadi Bhre Kahuripan. Pada masa ini pemberontakan juga masih terjadi yaitu Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Keduanya mampu ditumpas oleh Gajah Mada, sebagai hadiahnya ia diangkat menjadi Patih Hamangkubhumi. Gajah Mada menyambutnya dengan mengucapkan Sumpah Palapa, yang merupakan mimpi politik untuk menyatukan Nusantara. Artinya, Gajah Mada akan menolak semua anugerah raja atas pencapaiannya sebelum ia berhasil menyatukan seluruhnya di bawah Majapahit. Salah satu peristiwa dalam sikap ini adalah penaklukan Bali pada tahun 1343, melalui pertempuran yang hebat dan memakan daya yang sangat besar. Tribhuwana memerintah selama dua puluh dua tahun sampai dengan tahun 1350, di mana putra mahkotanya Hayam Wuruk telah cukup umur untuk menggantikannya sebagai raja Majapahit. Tribhuwana sendiri wafat pada tahun 1372.

4. Hayam Wuruk

Hayam Wuruk dianggap sebagai raja yang membawa Majapahit pada masa kebesarannya dibantu oleh mahapatih Gajah Mada. Ia bergelar Sri Rajasanagara, dan berhasil menaklukkan wilayah-wilayah sebagai lanjutan dari perluasan cakrawala mandala Majapahit ke Nusantara Timur, sampai dengan wilayah semenanjung Malaya. Hayam Wuruk berupaya meningkatkan kesejahteraan penduduknya, seperti membuat bendungan, saluran pengairan, dan pembukaan tanah baru untuk pertanian. Keharmonisan antara Hayam Wuruk dan Gajah Mada hanya berlangsung selama tujuh tahun, setelah pada tahun 1357 terjadi peristiwa Bubat. Hayam Wuruk yang hendak memperistri Dyah Pitaloka, putri Kerajaan Sunda ternyata ditafsirkan berbeda oleh Gajah Mada. Gajah Mada menginginkan pernikahan sebagai bentuk takluk terhadap Majapahit, Sunda menolak. Perbedaan pendapat ini berbuah pada konflik yang menewaskan seluruh rombongan Kerajaan Sunda. Gajah Mada kemudian mengundurkan diri dari jabatan mahapatih, meskipun aktif lagi beberapa tahun kemudian.

Pada masa kekuasaannya, Hayam Wuruk juga mengunjungi beberapa wilayah kekuasaannya, yang dicatatkan dalam kitab Nagarakrtagama. Perjalanan ini dimulai dari Pajang (1351), Lasem (1354), Pantai Selatan (1357), Lumajang (1359), Tirib dan Sempur (1360), Blitar (1361), dan Simping (1363). Pada akhir kunjungan ini, Hayam Wuruk mengunjungi Gajah Mada yang dikabarkan tengah sakit yang kemudian wafat pada tahun 1364. Kehilangan besar bagi Majapahit, yang baru digantikan oleh Gajah Enggon menjadi Patih Amangkubhumi tiga tahun kemudian. Hayam Wuruk masih memerintah sampai dengan 1389 ketika wafat, dan digantikan oleh menantunya Wikramawarddhana.

5. Wikramawarddhana dan Pergantian Singkat Kekuasaan Majapahit

Wikramawarddhana atau Bhre Hyang Wisesa adalah keponakan sekaligus menantu Hayam Wuruk yang kawin dengan Kusumawarddhani. Meskipun seharusnya Kusumawarddhani yang menjadi raja, karena ia adalah putri mahkota Majapahit. Wikramawarddhana sendiri memerintah selama dua belas tahun (1389-1400), dan kemudian mengundurkan diri untuk menjadi pendeta. Suhita, putranya ditunjuk untuk menggantikannya.

Keputusan ini langsung menimbulkan sengketa antara Wikramawarddhana dan Bhre Wirabhumi hingga terjadi peperangan. Perang ini bahkan dicatat dalam berita Cina Dinasti Ming, serta catatan perjalanan Laksamana Cheng-Ho. Bhre Wirabumi terbunuh, dan Suhita dapat kembali bertahta sampai dengan wafat tahun 1447. Suhita digantikan oleh adiknya Bhre Tumapel Dyah Kertawijaya karena tidak memiliki putra. Kertawijaya wafat pada tahun 1451, kemudian digantikan oleh Bhre Pamotan bergelar Sri Rajasawarddhana yang kemudian memindahkan kedudukannya di Keling-Kahuripan karena kondisi pusat kerajaan yang masih dikacaukan oleh perseteruan keluarga yang sebelumnya.

6. Girindrawarddhana, Raja-Raja Terakhir Majapahit

Dyah Suryawikrama Girindrawarddhana menaiki tahta kerajaan setelah tiga tahun Majapahit mengalami kekosongan kekuasaan (interregnum). Ia adalah anak dari Kertawijaya yang sebelumnya memerintah daerah Wengker, memerintah selama sepuluh tahun sebelum digantikan oleh putranya Bhre Pandan Salas/Dyah Suryaprabhawa Sri Singhawikramawarddhana. Konflik kemudian kembali muncul ketika Bhre Kertabhumi menyerbu Majapahit untuk mengambil kekuasaan. Kertabhumi adalah putra bungsu Rajasawarddhana. Bhre Pandan Salas kemudian menyingkir ke Daha dan memerintah sampai 1474. Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya menggantikannya namun berkedudukan di Keling, karena pusat kerajaan masih dikuasai oleh Kertabhumi.

  • Masa Kejayaan

Masa Kejayaan Majapahit berada pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, terutama ketika Hayam Wuruk masih dibantu oleh Gajah Mada sebagai mahapatih (1350-1357). Pada masa ini cakrawala mandala Majapahit mencakup wilayah yang sangat luas. Menjangkau Tumasik, Semenanjung, hingga Nusantara Timur. Pada masa Hayam Wuruk juga ditingkatkan kesejahteraan masyarakat meliputi perbaikan irigasi, pembukaan tanah pertanian, dan pembuatan bendungan. Hayam Wuruk pada masa kekuasaannya juga mengunjungi wilayah-wilayah di sekitar pusat kekuasaan Majapahit untuk memastikan kehidupan masyarakat berlangsung dengan baik.

  • Runtuhnya Kerajaan Majapahit

Beberapa pendapat menyatakan bahwa Majapahit telah runtuh sejak tahun 1478, ketika Ranawijaya menjadi raja namun tetap berkedudukan di Keling-Kahuripan (Kadiri). Sementara Kertabhumi yang menduduki Majapahit tidak tercatat mengangkat diri sebagai raja Majapahit. N.J. Krom berpendapat bahwa Wangsa Girindra adalah keluarga baru dari Kadiri yang merebut Majapahit dari Wangsa Rajasa.

Di sisi lain, berita Dinasti Ming masih mencatat hubungan antara Cina dan Jawa sampai dengan tahun 1499. Rui de Brito, Gubernur Portugis di Malaka  pada tahun 1514 bersurat pada Raja Manuel bahwa ada dua raja kafir di Jawa yaitu Sunda dan Jawa. Kemudian Duarte Barbosa, penulis Italia yang menyatakan bahwa tahun 1518 ada raja kafir yang berkuasa di Jawa.

Kedua tulisan ini menyimpulkan bahwa sampai dengan abad ke XVI kerajaan Majapahit masih ada. Meskipun beberapa saat kemudian, beredar nama Pati Unus sebagai penguasa Jawa. Pati Unus adalah penguasa kerajaan Demak (1518-1521). Hal ini dapat dipahami sebagai luluh lantaknya kekuasaan Majapahit dalam ekspansi Demak pada tahun-tahun tersebut. Menurut pendapat lain, berkuasanya Demak tidak lain adalah lanjutan dari sengketa antara Kertabhumi dan Ranaijaya. Karena dalam Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda, Raden Patah menyatakan keturunan dari Prabu Brawijaya Kertabhumi.

  • Peninggalan Kerajaan Majapahit

1. Situs Trowulan

Trowulan adalah kawasan kepurbakalaan di wilayah Mojokerto, Jawa Timur. Situs ini dikaitkan sebagai keraton Majapahit yang terdiri atas beberapa bangunan penting seperti Candi Tikus, Gapura Bajang Ratu, Makam Troloyo, Candi Menak Jingga, Kolam Segaran, dan beberapa bangunan lainnya yang dicitrakan sebagai kediaman mewah yang hanya dihuni oleh bangsawan.

2. Candi (Sukuh, Cetho, & Jabung)

Majapahit memiliki banyak peninggalan Candi yang dianggap sebagai bentuk penegasan eksistensi dan keperluan upacara keagamaan. Misalnya Candi Sukuh (1437), Candi Cetho, dan Candi Jabung.

3. Kitab (Sutasoma, Nagarakrtagama, Pararaton)

Kerajaan Majapahit memiliki bangsawan-bangsawan kerajaan yang mencatat segala peristiwa yang terjadi. Hal ini sama dengan yang dilakukan oleh bangsawan Cina yang mencatat setiap aktivitas kerajaan untuk keperluan meninggalkan sejarah dan membangun citra yang baik dari setiap masa. Sutasoma dan Arjunawiwaha (Mpu Tantular), Nagarakrtagama (Mpu Prapanca), dan Pararaton adalah kitab-kitab terkemuka yang muncul pada masa kerajaan Majapahit.

4. Arsitektur

Sumbangsih yang berkelanjutan dari Majapahit adalah tetap adanya model arsitektur pendopo, bangunan atap susun, dan komplek keraton-masjid-lapangan-pasar meskipun kerajaan yang eksis setelah Majapahit bercorak Islam. Keraton Demak, Masjid Kudus, dan Keraton Kasepuhan Cirebon adalah contoh bangunan kerajaan Islam yang muncul dengan model arsitektur Hindu-Majapahit.

5. Legitimasi Politik

Tidak sedikit bangsawan setelah era Majapahit melegitimasikan kekuasannya sebagai keturunan Majapahit. Raden Patah mengklaim sebagai keturunan dari Prabu BraRaden Wijaya Kertabhumi, yang berhasil merebut kota Majapahit dari Prabu RanaRaden Wijaya. Sementara Gerakan nasionalisme Indonesia juga merujuk pada kejayaan Majapahit dan SriRaden Wijaya. Ungkapan Bhinneka Tunggal Ika dirujuk dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular.

PERPECAHAN YUGOSLAVIA

Hampir satu abad, Yugoslavia mampu mempertahankan kesatuannya sebagai sebuah pemerintahan yang mencakup negara-negara Slavia Selatan. Kesepakatan yang diambil negara-negara Slavia Selatan untuk bersatu telah memberikan warna tersendiri bagi perjalanan sejarah negara-negara tersebut.
Mereka telah terbiasa dalam pergaulan dengan nasionalisme etnis masing-masing yang mereka agungkan, maka bukan suatu hal yang mustahil jika pada akhirnya Yugoslavia kembali terpecah menjadi beberapa negara. Beberapa hal yang menyebabkan disintegrasi Yugoslavia antara lain sebagai berikut:
1.  Konflik Etnis
 Nenek moyang bangsa-bangsa Slavia Selatan yang terdiri dari Serbia, Kroasia, dan Slovenia, masing-masing membentuk satu sistem kenegaraan di bawah seorang pemimpin perang. Bahkan, pada era-era selanjutnya wilayah Semenanjung Balkan 39 tetap menjadi ajang adu kekuatan oleh kekuasaan-kekuasaan besar di Eropa. Tak heran jika pada akhirnya, bangsa-bangsa Slavia Selatan mewarisi sifat leluhur mereka yang begitu akrab dengan peperangan. Sejak awal berdirinya kerajaan Yugoslavia, telah ditandai dengan berbagai percekcokan, terutama antara Kroasia dan Serbia. Tahta kerajaan Yugoslavia yang dipegang oleh Aleksander Karadjorjevic, menerapkan sistem sentralisasi dalam konstitusi kerajaan. Konstitusi tersebut rupanya tidak disetujui oleh Kroasia, terutama oleh Partai Tani Kroasia. Silang pendapat antara dua negara bagian ini segera menyulut pertikaian antara Kroasia dan Slovenia dengan Serbia dan Montenegro yang mendapat dukungan Muslim Bosnia. Permasalahan etnis yang muncul setelah tahun 1980 ini merupakan pertanda akan kurangnya rasa nasionalisme sebagai bangsa Yugoslavia dari masyarakatnya. Setiap etnis dari republik bagian Yugoslavia, telah lebih dahulu memiliki kesadaran etnis masing-masing dibandingkan kesadaran nasional sebagai bangsa Yugoslavia.
2. Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi yang menimpa Yugoslavia sekitar periode 1980-an, merupakan konsekuensi dari masa lalu Yugoslavia. Ketika Tito berkuasa, ia menerapkan sistem ekonomi pasar atau sistem ekonomi swakelola. Awalnya, penerapan sistem ekonomi yang diciptakan sendiri oleh Tito ini memang cukup berhasil. Rakyat dibuai dengan segala kemakmuran yang bahkan tidak pernah dirasakan oleh rakyat di negara-negara komunis lain, tetapi segala sesuatu memang ada masanya. Setelah kenikmatan panjang yang diperoleh dari sistem self-management socialism, suatu hal yang kemudian terjadi adalah rakyat dihadapkan pada permasalahan ekonomi yang begitu sulit. Tanpa disadari, Tito bukanlah mengentaskan rakyatnya dari kemiskinan melainkan hanya sekedar menunda penderitaan rakyatnya. Kaum proletariat sebagai penggerak dalam menciptakan negara komunis tidak lantas mendapatkan imbalan setimpal ketika negara komunis tersebut tengah mengalami kejayaan. Hal ini merupakan konsekuensi dari sistem dalam negara komunis yang mengharuskan alat produksi menjadi milik negara dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Melalui permainan aparat birokrasi, kaum proletariat diperas untuk menjadi tenaga penggerak pada alat produksi yang telah dinasionalisasi. Kesejahteraan yang telah dijanjikan pemerintah menjadi tidak pernah dirasakan oleh kaum buruh. Setiap perusahaan terpaksa menampung buruh sebanyak mungkin, tanpa memperhitungkan jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk membayar upah para buruh. Lebih parah lagi buruh yang bekerja dalam sistem self management socialism merasa memiliki perusahaan dimana ia bekerja sehingga seringkali bekerja seenaknya sendiri. Kualitas pekerja yang rendah akan menciptakan produk yang rendah pula sehingga kurang laku di pasaran. Besarnya biaya yang dikeluarkan menjadi tidak sebanding dengan biaya yang income dari setiap perusahaan. Kecilnya pendapatan perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk membayar upah buruh. Hal ini memaksa perusahaan mencari dana pinjaman dari luar untuk menutup kekurangan dana dari perusahaan. Setiap tahun dana pinjaman yang diperoleh dari luar negeri terus bertambah.  Jumlah hutang yang semakin meluap akibat pengeluaran perusahaan lebih besar dari pada pendapatan menimbulkan volume uang yang beredar terus bertambah. Akibatnya, sebuah proses inflasi tumbuh subur di Yugoslavia. Kondisi ekonomi Yugoslavia yang terus memburuk membuat pemerintah federal kewalahan dalam mengatasinya. Ketika beberapa pinjaman telah jatuh tempo pemerintah tidak sanggup melunasinya. Sementara itu, taraf hidup rakyat di beberapa republik semakin rendah. Para pegawai negeri tidak lagi menerima gaji sebagaimana mestinya. Jumlah pengangguran pun meningkat tajam akibat adanya pemberhentian pekerja secara besar-besaran yang dilakukan sejumlah peruasahaan. Hal ini terpaksa dilakukan karena perusahaan-perusahaan tersebut sudah tidak mampu lagi membayar gaji untuk para buruh. Rakyat Yugoslavia yang tengah kesulitan menghadapi krisis ekonomi, harus merasakan kecewa dengan terbongkarnya ulah para pejabat yang melakukan korupsi. Perselisihan antara Kroasia dan Slovenia dengan pemerintah pusat mengenai tuntutan status kemerdekaan dua republik tersebut semakin sulit diatasi. Prahara ini mengindikasikan, krisis politik akan timbul seiring terjadinya krisis ekonomi dalam suatu negara. 
3. Krisis Kepemimpinan
Federasi Komunis Yugoslavia didirikan atas kerja keras lima pendekar komunis. Mereka adalah Joseph Broz Tito dari Kroasia, Edward Kardelj dari Slovenia, Alexander Rankovic dari Serbia, Milovan Djilas dari Montenegro, dan Mosa Pijade seorang keturunan Yahudi. Kelima pendekar komunis merupakan cerminan dari cita-cita Yugoslavia, yaitu mempersatukan seluruh bangsa Slavia Selatan dalam satu negara. Sebagai salah satu dari “pendekar komunis”, peran Tito dalam memajukan Yugoslavia memang paling menonjol. Tito berperan besar dalam mengusung perdamaian bagi Yugoslavia setelah Perang Dunia II. Kehadiran Tito sebagai tokoh utama dalam federasi tersebut telah menjadi nafas baru dalam pemerintahan Yugoslavia. Tak satupun dari rekan seperjuangan Tito yang berhasil dibina dan dipersiapkan menjadi penggantinya untuk menjaga stabilitas Yugoslavia. Tampaknya kegagalan Tito untuk mendapatkan penggantinya bukan disebabkan 54 ketidakmampuannya dalam membentuk kader-kader baru Yugoslavia, namun lebih berasal dari faktor ketidakseriusan Tito untuk mempersiapkan pemimpin Yugoslavia di masa yang akan datang. Yugoslavia ternyata tidak menemukan pengganti Tito. 
4. Pengaruh Negara-negara Eropa Timur
Uni Soviet maupun Yugoslavia juga mengalami keruntuhan dalam waktu yang hampir sama. Uni Soviet runtuh pada 31 Desember 1990 dan pada tahun-tahun berikutnya satu per satu republik bagian Yugoslavia memisahkan diri dari federasi Yugoslavia. Bubarnya Uni Soviet merupakan dampak dari adanya pembaruan politik yang dilakukan presiden Mikhael Gorbachev. Gebrakan pembaruan Gorbachev melalui Glasnost (keterbukaan), Perestroika (restrukturisasi), dan Demokratizatsiya (demokratisasi) telah membuka jalan reformasi sistem politik di Uni Soviet dan negara-negara satelitnya yang lambat laun menjalar ke Yugoslavia. Prinsip-prinsip dasar komunisme memang banyak mengandung unsurunsur kekeliruan terutama mengenai prinsip pemerataan. Gaji profesor tidak jauh berbeda dengan gaji para buruh, gaji wartawan tidak jauh beda dengan gaji duta besar. Penentuan gaji yang diterima para pekerja tersebut didasarkan pada prinsip pemerataan. Padahal, besar kecilnya gaji semestinya diukur dari prestasi  dan produktivitas seseorang yang disesuaikan dengan kemampuan perusahaan. Ketentuan tersebut tidak dapat diterima oleh komunis dengan alasan perbedaan gaji rakyat akan memunculkan kaum borjuis yang merupakan musuh utama kaum ploretariat. Runtuhnya Uni Soviet menandakan bahwa Perang Dingin telah berakhir. Amerika tidak perlu lagi menghadapi ancaman komunis yang merupakan musuh utama Amerika. 



Yugoslavia akhirnya mengalami kehancuran. Negeri komunis ini bubar dan terpecah-pecah menjadi setengah lusin negara merdeka. Jika Kosovo dihitung, maka Yugoslavia tercatat terpecah jadi tujuh negara baru. Antara lain:
1. Serbia
Ibukota Serbia ada di Belgrade yang juga merupakan mantan ibukota dari Yugoslavia. Lagu kebangsaannya berjudul Boze Pravda.

2. Montenegro
Ibukota Montenegro adalah Podgorica. Negeri ini merupakan anggota Uni Eropa dan memakai mata uang Euro.

3. Makedonia
Makedonia beribukota di Skopje. Penduduknya terdiri dari banyak etnik. Dua yang terbesar adalah orang Makedonia dan Albania.

4. Kroasia
Republik Kroasia (Republika Hrvatska) atau juga disebut Kroasia adalah negara berbentuk bulan sabit di Eropa yang berbatasan dengan Balkan di tenggara. Ibu kotanya adalah Zagreb.

5.Bosnia-Herzegovina
Ibukota dari Bosnia-Herzegovina adalah Sarajevo. Ini adalah kota kuno yang mendapat berbagai pengaruh, antara lain Ottoman dan Romawi.

6. Slovenia
Kini Slovenia menjadi salah satu negara makmur dengan tingkat kesejahteraan rakyat yang sangat baik. Ibukota dari negara ini adalah Ljubljana.

7. Kosovo

Kosovo menyatakan kemerdekaannya pada 17 Februari 2008. Sebanyak 100 lebih negara sudah mengakui kemerdekaan ini, namun beberapa masih menolak. Indonesia, bersama RRC dan Rusia masih belum mengakui Kosovo sebagai sebuah negara. Kosovo sendiri dianggap masih sebagai bagian tak terpisahkan dari Republik Serbia. Meski keadaan berlangsung tertib dan aman, konflik besar bisa saja meletus di wilayah yang beribukota di Pristina.






Senin, 01 Februari 2021

PEMERINTAHAN MILITER JEPANG DI INDONESIA

Angkatan perang Jepang mulai menyusun pemerintahan pendudukan di Indonesia untuk memantapkan, mengukuhkan serta memperlancar kekuasaan pendudukan militernya. Jika pada zaman Hindia Belanda hanya ada satu pemerintahan sipil saja, yang berkedudukan di Batavia (Jakarta), maka pada masa peralihan kekuasaan kepada tentara Jepang di Indonesia terdapat tiga daerah  pendudukan militer Jepang yaitu:

1.     Pemerintah pendudukan militer Angkatan Darat (Rikugun) dari Tentara Keduapuluhlima untuk Sumatra, yang berpusat di Bukit Tinggi

2.    Pemerintah pendudukan militer Angkatan Darat (Rikugun) dari Tentara Keenambelas yang berpusat di Jakarta untuk Pulau Jawa dan Madura

3.     Pemerintah pendudukan militer Angkatan Laut (Kaigun) dari Armada Selatan Kedua untuk daerah-daerah yang meliputi Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil yang berpusat di Makassar.

Pembagian wilayah tersebut secara resmi dimulai pada tanggal 8 Maret 1942, saat pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Jabatan Gubernur Jenderal pada masa pemerintahan Hindia Belanda yang berkuasa di wilayah Hindia Belanda digantikan oleh panglima-panglima angkatan perang Jepang di ketiga wilayah tersebut. Walaupun demikian Jepang tetap mempertahankan dan meneruskan pemerintahan sipil yang lama beserta pegawai-pegawainya. Hal tersebut dimaksudkan agar roda pemerintahan dapat berjalan terus tanpa hambatan, dan juga kekacauan dapat dicegah atau dibatasi.

Bagan pemerintahan militer jepang di Indonesia




Pada bulan Agustus 1942 pemerintahan sementara dihapus dan dibentuk struktur pemerintahan yang lebih besar dari Staf Administrasi Jepang. Sebuah pemerintahan yang disebut Gunshireikan dibentuk dan diduduki oleh kepala Staf  Angkatan Darat Keenambelas.  Pada tanggal 1 September 1943 Gunshireikan berubah nama menjadi Saiko Shikikan. Tugas Saiko Shikikan dibantu oleh pejabat di bawahnya yaitu Gunseikan (Kepala Perintahan Militer) yang dirangkap oleh kepala staf tentara.5Gunseikan di Pulau Jawa dibagi menjadi tiga yaitu di Jawa Barat yag berpusat di Bandung, Jawa Tengah yang berpusat di Semarang dan Jawa Timur yang berpusat di Surabaya. Mayjen Seizaburo Okazaki adalah Gunseikan pertama yang bertugas membentuk pemerintahan militer di Jawa. Staf pemerintahan militer pusat disebut Gunseikanbu. Ada lima bu (semacam departemen) yang terdapat di Gunseikanbu yaitu Somubu (Departemen Urusan Umum), Zaimubu (Departemen Keuangan), Sangyobu (Departemen Perusahaan, Industri dan Kerajinan Tangan), Katsubu (Departemen Lalu Lintas) dan Shihabu (Departemen Kehakiman). Koordinator dari pemerintah militer setempat dari tiap-tiap departemen disebut Gunseibu.   

            Berakhirnya pemerintahan sementara Jepang bertepatan dengan dikeluarkannya Osamu Seirei No. 27 tentang aturan pemerintahan daerah dan undang-undang No. 28 tentang aturan pemerintahan syu dan tokubetsu syi. Undang-undang tersebut menjelaskan struktur pemerintahan lokal, bahwa provinsi dihapuskan dan sebaliknya karesidenan yang jumlahnya 16 dihidupkan kembali. Tokubetsu syi digunakan untuk sebutan daerah khusus Jakarta sedangkan syudigunakan untuk sebutan karesidenan-karesidenan di Indonesia yang kepala pemerintahannya disebut shuchokan. Jabatan shuchokan umumnya dipegang oleh orang Jepang, dan di setiap kantor syu terdapat 10-15 pegawai Jepang yang bekerja di bawah pimpinannya.
Di bawah pemerintahan syu terdapat kabupaten yang disebut ken, dipimpin oleh seorang kucho yang berasal dari penduduk Indonesia. Strata di bawah ken adalah kawedanan yang disebut gun yang dipimpin oleh seorang guncho. Unit pemerintahan terendah adalah kecamaan yang disebut son dan dipimpin oleh seorang soncho. Berdasarkan Osamu Seirei No.28 yang dikeluarkan pada 7 Agustus 1942, pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi 16 syuu. Daerah Jawa Barat dibagi menjadi 5 suu, Jawa Tengah 5 syu, dan Jawa Timur 6 syu. Pembagian 5 syu di Jawa Tengah tidak termasuk daerah Yogyakarta dan Surakarta, karena Surakarta dan Yogyakarta merupakan wilayah kerajaan yang sangat diistimewakan oleh Jepang.

            Secara umum stuktur pemerintahan Jepang di Indonesia tidak banyak mengalami perubahan. Pemerintah Jepang hanya berupaya untuk merubah nama wilayah administratif dan nama-nama pejabat ke dalam bahasa Jepang. Upaya Jepang tersebut terlihat dalam pengukuhan status istimewa Surakarta dan Yogyakarta dengan nama Surakarta Kochi dan Yogyakarta Kochi, yang pada masa pemerintahan Hindia Belanda disebut dengan Vorstenlanden (wilayah raja-raja). Penguasaan daerah Kochi tersebut mendapat sebutan Ko, yaitu Surakarta Ko, Mangkunegaran Ko, Yogyakarta Ko, dan Paku Alam Ko.



KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA BAGIAN 2

KERAJAAN SRIWIJAYA

Pada abad ke-7, muncul kerajaan yang berkembang begitu pesat di wilayah Sumatra, yaitu 
Kerajaan Sriwijaya. Awalnya Kerajaan Sriwijaya ini muncul setelah munculnya kota-kota perdagangan. Wilayah pantai timur Sumatra merupakan wilayah yang sangat ramai, hal ini dikarenakan wilayah tersebut menjadi salah satu jalur perdagangan. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan buddha bercorak maritim yang mengontrol perdagangan di jalur utama Selat Malaka. Sriwijaya memiliki hubungan yang erat dengan Jawa, terutama karena relasi raja-rajanya yang berasal dari Jawa. Kemunculan Sriwijaya pada abad ke-VI masehi sendiri masih menimbulkan sejumlah pertanyaan karena eksistensinya yang lebih lambat dibandingkan kota-kota di Asia Tenggara, mengingat perdagangan antara Romawi-India-Cina telah berkembang pesat. Sementara posisi Sriwijaya di pesisir Sumatra Timur merupakan bagian dari jalur utama tersebut.

Pendirian Sriwijaya juga merupakan bagian yang sulit dipecahkan oleh peneliti karena dalam sumber-sumber yang ditemukan tidak ada struktur genealogis yang tersusun rapi antar raja Sriwijaya. Prasasti Kedukan Bukit (682 Masehi) menyebutkan nama Dapunta Hyang, dan prasasti Talang Tuo (684 Masehi) memperjelasnya menjadi Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Kedua prasasti ini adalah penjelasan tertua mengenai seseorang yang dianggap sebagai raja atau pemimpin Sriwijaya.

Balaputradewa dianggap sebagai raja yang membawa Sriwijaya ke puncak kegemilangannya. Sumber-Sumber Arab dan Persia menyatakan bahwa Sriwijaya dikuasai oleh maharaja yang kaya-raya. Menghasilkan barus, gajah, cengkih, cendana, dan pala. Sri Culamani menguasai Sumatra Timur dan Semenanjung Melayu. Memasuki abad ke-XI kekuasaan Sriwijaya meliputi Jawa, bahkan beberapa sumber menyatakan Ceylon, Madagaskar, dan Thailand bagian selatan. Sriwijaya terkenal dengan kapal-kapal pengawal pedagang, dan membunuh siapa saja yang singgah tanpa izin. Secara kultural, Sriwijaya berkembang menjadi pusat pembelajaran Buddha karena menjadi pertemuan antara pendeta India dan China yang berlayar. Pendeta-pendeta Budha menjadi salah satu sumber mengenai keberadaan Sriwijaya seperti I-Tsing, Sakyakirti, Dharmakrti, dan Atisa.

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

1. Prasasti Kedukan Bukit
Bukti pertama pendirian kerajaan Sriwijaya dan berisi informasi pertama mengenai rajanya Dapunta Hyang.
2. Prasasti Talang Tuo (684 M)
Berisi informasi lebih lanjut mengenai nama raja pertama Sriwijaya yang lebih jelas. Yaitu Dapunta Hyang Sri Jayanasa
3. Prasasti Ligor, Thailand (775 M)
Berisi informasi mengenai kekuasaan Sriwijaya di Ligor dan pendirian kuil. Menjelaskan mengenai nama Raja Sri Indrawarman dan Dharanindra.
4. Prasasti Kota Kapur (686 M)
Berisi kutukan terhadap mereka yang membangkang terhadap Sriwijaya.
5. Prasasti Telaga Batu
Berisi kutukan-kutukan bagi mereka yang tidak mau mematuhi perintah Raja. Pengkhianat, mata-mata dari penguasa wilayah di dalam mandala Sriwijaya, bersekutu menentang Sriwijaya, serta tak patuh pada apapun yang menjadi keputusan maharaja Sriwijaya.
6. Prasasti Nalanda, India (860 M)
Pusat pembelajaran agama Budha di India, yang merupakan lokasi pembelajaran agama Budha yang populer dan dikunjungi pendeta dari seluruh dunia. Balaputradewa tercatat Namanya sebagai raja yang mendukung penuh kegiatan pembelajaran di Nalanda.

KERAJAAN MATARAM KUNO

Mataram Kuno diperkirakan berdiri pada abad ke-8 di Jawa bagian tengah. Kerajaan ini sempat dipimpin oleh dua dinasti. Artinya, terdapat dua Wangsa atau keluarga turun-temurun yang memimpinnya secara bersamaan. Dinasti pertama adalah dinasti Sanjaya yang beragama Hindu, sementara yang kedua adalah Dinasti Syailendra yang bercorak agama Budha. Meskipun begitu, kedua dinasti diketahui memimpin berdampingan secara damai. Strategi pemerintahan yang digunakan biasanya kedua dinasi saling mengisi kekosongan namun terkadang juga memerintah secara bersama.

Kerajaan Mataram diperkirakan berdiri selama 196 tahun dan memiliki 17 orang Raja. Raja memiliki gelar khusus seperti narapati yang berarti manusia yang memimpinsri maharaja yang berasal dari bahasa Sanskertarakai dan abhiseka yang semuanya berasal dari India. Raja pertama Mataram adalah Ratu SanjayaPada masa pemerintahan Sanjaya, Kerajaan Mataram Kuno sedang sibuk melakukan perang dengan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya. Menurut Prasasti Canggal, Raja Sanjaya adalah pendiri Mataram Kuno. Ia pun membahas tentang Lingga, yang merupakan lambang dari Dewa Siwa. Sehingga, agama yang dianut pada masa itu adalah Hindu Siwa. Sedangkan dalam Prasasti Balitung, diceritakan nama-nama Raja yang memerintah saat masa Kerajaan Dinasti Sanjaya.

Lokasi kerajaan kemungkinan berada di sekeliling pegunungan atau sungai yang di sebelah utaranya terdapat Gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, dan Sindoro. Sementara itu di sebelah barat terdapat Pegunungan Serayu. Lalu, di sebelah timur terdapat Gunung Lawu.

Berikut adalah beberapa candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang dipilah berdasarkan candi Hindu dan Buddha.

Candi Hindu

  1. Candi Gatotkaca
    Lokasinya berada di Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. Tepatnya di sebelah barat kompleks Candi Arjuna, tepi jalan menuju Candi Bima. Nama Gatotkaca diambil dari tokoh pewayangan di cerita Mahabarata.
  2. Candi Arjuna
    Candi Arjuna memiliki bentuk yang mirip dengan candi di kompleks Gedong Songo. Bentuk umumnya adalah persegi dengan luas kurang lebih 4 meter kubik.
  3. Candi Bima
    Candi Bima ditemukan di Desa Dieng Kulon, Kec. Batur, Kab, Banjarnergara, Jawa Tengah. Candi ini berada di kompleks Candi paling selatan. Bentuknya memiliki emiripan dengan arsitektur beberapa candi di India. Bagian atap hampir sama dengan shikara yang berbentuk seperti mangkuk terbalik. Di bagian atap ini juga ditemukan relung dan relief kepala yang disebut Kudu.
  4. Candi Puntadewa
    Candi ini terletak di kompleks candi Arjuna, Dieng. Dimensi Candi ini berukuran kecil namun memiliki panjang bangunan yang
  5. Candi Semar
    Candi Semar terletak di hadapan candi Arjuna. Bentuknya persegi dan membujur ke arah utara-selatan.
  6. Candi Prambanan
    Merupakan candi yang megah, indah dilengkapi dengan berbagai relief yang cantik. Candi ini juga terkadang disebut sebagai Candi Rara Jonggrang. Dibangun pada sekitar abad ke-9 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi ini didedikasikan untuk Trimūrti, sebagai Pencipta, Pemelihara dan Pengubah.

Candi Buddha

  1. Candi Mendut
    Candi Mendut merupakan candi agama Budha yang dibangun sejaka Mataram Kuno dipimpin oleh Raja Idna dari dinasti Syailendra. Sama seperti Candi Borobudur, Candi ini terletak di Magelang, Jawa Tengah.
    Candi Mendut merupakan candi Buddha yang dibangun ketika Mataram Kuno tengah dipimpin oleh Raja Idna. Lokasinya dekat dengan Candi Borobudur, di Magelang, Jawa Tengah.
  2. Candi Ngawen
    Merupakan candi Buddha yang lokasinya berada kira-kira 5 km sebelum candi Mendut dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8.
  3. Candi Pawon
    Candi ditemukan di Magelang, Jawa Tengah. Candi ini berada dalam satu garis lurus dengan Candi Borobudur dan Candi Mendut jika di lihat dari atas.
  4. Candi Borobudur
    Merupakan Candi peninggalan Mataram Kuno yang paling terkenal dan telah mendunia. Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah.

Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Selain candi, Kerajaan Mataram Kuno juga meninggalkan beberapa prasasti yang menjadi sumber sejarah utama lainnya dari kerjaan ini. Berikut adalah beberapa prasasti peninggalan kerajaan Mataram Kuno

  1. Prasasti Sojomerto (Abad ke-7)
    Prasasti berbahasa Melayu Kuno, ditemukan di desa Sojomerto, kabupaten Pekalongan. Isi Prasasti menjelaskan bahwa Syailendra merupakan penganut agama Budha.
  1. Prasasti Canggal (732 M)
    Berbentuk Candrasangkala, ditemukan di Gunung Wukir, Desa Canggal. Isi prasasti menyatakan peringatan pembuatan Lingga di Desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya.
  1. Prasasti Kalasan (778 M)
    Prasasti ini menggunakan aksara pranagari (dari India Utara) dalam bahasa Sansekerta, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta. Isi dari prasasti ini adalah mengenai kabar Raja Syailendra yang membujuk Rakai Panangkaran untuk mendirikan bangunan suci untuk Dewi Tara yang merupakan vihara bagi para pendeta Buddha.
  1. Prasasti Kelurak (782 M)
    Prasasti Kelurak ditemukan di desa Prambanan. Prasasti ini ditulis dengan huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pembangunan arca Manjusri sebagai wujud sang Budha, Dewa Wisnu dan Sanggha. Prasasti ini juga menyebutkan mengenai Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya sebagai raja yang berkuasa saat itu.
  1. Prasasti Ratu Boko (856 M)
    Prasasti menceritakan tentang kekalahan Balaputradewa dalam perang melawan kakaknya yaitu Rakai Pikatan atau Pramodhawardani dalam perebutan kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno.
  1. Prasasti Mantyasih (907 M)
    Prasasti Mantyasih ditemukan di Mantyasih, Kedu, Jawa Tengah. Prasasti berisi silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Baliti, yakni Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Warak, Rakai Panunggalan, Rakai Garung, Rakai Watuhmalang, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi dan Rakai Watukara Dyah Balitung.





SOAL PENILAIAN AKHIR TAHUN (SEMESTER GENAP) SEJARAH INDONESIA KELAS XI

1) Untuk menguasai kawasan Asia Pasifik Jepang menyerang pangkalan Amerika, dikawasan Asia Pasifik. Peristiwa penyerangan Jepang terhadap pa...